-
1.129 jiwa (295 KK) di Desa Citasuk, Serang, terdampak banjir luapan Sungai Cikalumpang usai hujan deras; termasuk 60 balita dan 41 lansia.
-
Meskipun sempat merendam permukiman, kondisi banjir di Desa Citasuk kini kondusif, air telah surut, tidak ada korban jiwa, dan warga telah kembali beraktivitas.
-
Warga terdampak banjir di Citasuk memerlukan bantuan mendesak seperti makanan siap saji, selimut, kebutuhan balita, dan matras. BPBD terus memantau situasi.
SuaraBanten.id - Cuaca ekstrem dengan intensitas hujan tinggi yang mengguyur wilayah Banten sejak Kamis (20/11/2025) kembali memicu bencana hidrometeorologi.
Kali ini, banjir Serang menjadi topik hangat setelah ribuan warga di Desa Citasuk, Kecamatan Padarincang, Kabupaten Serang, harus berjibaku dengan genangan air akibat meluapnya Sungai Cikalumpang.
Kejadian ini menjadi peringatan keras bagi masyarakat di kawasan rawan bencana, mengingat curah hujan diprediksi masih fluktuatif. Luapan air sungai yang tak mampu menampung debit air hujan tersebut dengan cepat merendam pemukiman padat penduduk di Kampung Sukamaju.
Berdasarkan laporan di lapangan, air mulai masuk ke rumah-rumah warga dan melumpuhkan aktivitas harian sesaat setelah hujan deras tak kunjung henti.
Baca Juga:Sungai Ciliman Meluap: Banjir Rendam Rumah Warga Pandeglang Hingga 50 Cm
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Serang, Ajat Sudrajat, bergerak cepat melakukan asesmen di lokasi kejadian. Data yang dihimpun menunjukkan dampak yang cukup masif, mencakup empat Rukun Tetangga (RT) sekaligus.
"Berdasarkan pendataan hingga Jumat pagi, banjir berdampak pada 295 kepala keluarga (KK) dengan total 1.129 jiwa yang tersebar di RT 24, 25, 26, dan 27," ujar Ajat Sudrajat saat memberikan keterangan pers di Serang, Jumat (21/11/2025).
Angka seribu lebih jiwa ini tentu bukan jumlah yang sedikit. BPBD Kabupaten Serang menyoroti adanya kelompok rentan yang menjadi prioritas penyelamatan dan penanganan medis jika diperlukan.
Di balik angka statistik tersebut, terdapat sisi kemanusiaan yang mendesak. Ajat merinci bahwa di antara ribuan korban banjir, terdapat 60 balita dan 41 lansia yang kondisinya sangat rentan terhadap penyakit pasca-banjir seperti hipotermia atau gangguan kulit.
Selain merendam rumah tinggal, fasilitas sosial dan umum yang menjadi pusat aktivitas warga juga tak luput dari terjangan air. Gedung madrasah tempat anak-anak belajar mengaji dan masjid setempat dilaporkan ikut terdampak genangan, membuat kegiatan ibadah dan pendidikan sempat terhenti sementara.
Baca Juga:Tangerang Pasang Mata-mata Canggih di Hulu Bogor: Garda Terdepan Mitigasi Banjir Kiriman
Kabar baiknya, situasi pada Jumat siang dilaporkan mulai kondusif. Meskipun sempat membuat panik, Tinggi Muka Air (TMA) di dalam rumah warga kini sudah surut total. Sisa-sisa genangan hanya terlihat di akses jalan lingkungan dengan ketinggian semata kaki atau sekitar 5 hingga 10 sentimeter.
"Warga saat ini sudah mulai kembali beraktivitas seperti biasa dan masih menempati rumah masing-masing dan tidak ada korban jiwa," katanya memastikan keamanan warga. [Antara].