“Kalau mereka sedang berbicara, tidak ada yang memotong. Kalau bekerja, mereka pun tak bersuara. Bahkan saat makan, tidak ada suara. Ini menjadi pembelajaran nilai-nilai budaya dan tata krama,” ujar dia.
Mantan Ketua DPRD Provinsi Banten itu menyebut warga Baduy tidak bersekolah secara formal, namun memiliki kecerdasan dalam menjaga alam dan ketahanan pangan.
Dengan teknologi pangan tradisional seperti leit (lumbung padi), warga Baduy mampu menjaga stabilitas pangan secara mandiri.
“Mereka punya komitmen menjaga lingkungan. Itu tugas yang mereka emban dan telah mereka buktikan hingga saat ini,” ungkap Andra Soni.
Baca Juga:Gubernur Banten Sebut Seba Baduy Penuh Pembelajaran Nilai Budaya
Pemprov Banten menyediakan berbagai fasilitas untuk mendukung kegiatan Seba Baduy, mulai dari tempat istirahat, toilet, hingga pemeriksaan kesehatan gratis.
Namun, sesuai kebiasaan mereka, banyak warga Baduy lebih memilih menggunakan sungai untuk mandi dan keperluan pribadi.
“Kami siapkan semua, tapi mereka tetap memilih cara yang mereka yakini. Itulah karakter khas yang harus kita hormati,” ujarnya.
Andra berharap ke depan kegiatan Seba Badui dapat dipublikasikan lebih luas dan literasi mengenai makna serta nilai-nilainya diperkuat. Ia menekankan bahwa kegiatan ini harus dijadikan media pendidikan budaya, bukan sekadar acara hiburan.
“Saya ingin tahun depan acaranya lebih meriah dan edukatif. Seba Baduy bukan hanya seremonial, tetapi sarat makna. Mari jadikan ini tuntunan, bukan tontonan,” ujar Andra. (ANTARA)
Baca Juga:19 Duta Besar Negara Sahabat Hadiri Seba Baduy 2025