"Proses penulisannya itu pada tengah malam setelah melakukan solat tahajud, bukan berarti dalam penulisan Alquran itu tidak ada halangan dan rintangan, melainkan beliau selalu teguh untuk menuliskan Alquran ini," kata pria yang akrab disapa Romi itu.
Diungkapkan Romi, KH. Ahmad Basharudin sediri adalah seorang ulama yang mempunyai kelebihan dibidang pembuatan kaligrafi. Oleh karena itu, keahliannya dituangkan dalam tulisan Alquran raksasa ini.
"Beliau menulis sebanyak 4 Alquran besar, dengan ukuran berbeda-beda. Namun ini yang paling besar. Satu Alquran diberikan kepada KH. Anom Suryalaya Jawa Timur, satu lagi di berikan kepada Masjid Istiqlal Jakarta, yang duanya lagi ada di sini, namun ini yang paling besar," ungkapnya.
Dikatakan Romi, pada masa itu KH. Ahmad Basharudin memiliki ribuan santri. Santri tersebut tidak hanya berasal dari wilayah Cilegon, Serang, Pandeglang dan sekitarnya.
Baca Juga:Soroti Tujuh Agenda Prioritas, Robinsar Singgung Soal Inovasi dan Kerja Nyata
"Santri beliau juga ada yang dari luar daerah, seperti Sumatra Jawa dan lainnya, karena banyak juga, dan tentunya ini menjadi Hasanah bagi Kota Cilegon sebagai Kota santri, meskipun kondisi saat ini agak berbeda jadi santri di Cilegon sedikit berkurang, " katanya.
Setidaknya, lanjut Romi, yang dilakukan oleh KH. Ahmad Basharudin mencerminkan bahwa Kota Cilegon, Banten ini kaya. Tentunya, Alquran itu ditulis untuk memotivasi para santri di Ponpes Al-Hikmah.
"Tentunya juga memberikan kontribusi kekayaan intelektual dengan kapasitas beliau seorang pendidik para santri," katanya.
Ditegaskan Romi, keberadaan Alquran raksasa yang berada di Ponpesnya itu bukan suatu rekayasa belaka yang dibuat tanpa perjuangan. Melainkan ini adalah fakta
"Ini bukan mengada-ada atau sesuatu yang diada-ada, bukan datang tiba-tiba, melainkan ini ditulis secara langsung oleh ulama, dan ini bukan cetakan," tegasnya.
Baca Juga:Wali Kota Cilegon Bakal Panggil Manajemen PT PDSU, Klarifikasi Kemungkinan PHK Karyawan
Dirinya juga berharap, Alquran raksasa itu bisa dilirik pemerintah dan menjadikan salah satu icon di Kota Cilegon sebagai salah satu bukti bahwa Kota Cilegon adalah Kota santri.