Guru Ngaji di Serang Nyambi Jualan Cilor Demi Syiar Alquran

Di bangunan sederhana berbahan bilik kayu yang dinamai Majelis Taklim Nurul Huda, Guru Ngaji bernama Deni Priyatna memberikan pembelajaran tentang Alquran.

Hairul Alwan
Selasa, 16 Januari 2024 | 14:56 WIB
Guru Ngaji di Serang Nyambi Jualan Cilor Demi Syiar Alquran
Majelis Nurul Huda di Lingkungan Ciawi, RT 05 RW 13, Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota Serang- [Ade/BantenNews]

SuaraBanten.id - Seorang guru ngaji di pemukiman Ciawi, RT 05 RW 13, Kelurahan Cipare, Kecamatan Serang, Kota Serang, Banten bertahan mengajar ngaji sambil jualan cilor demi mensyiarkan Alquran.

Di bangunan sederhana berbahan bilik kayu yang dinamai Majelis Taklim Nurul Huda, Guru Ngaji bernama Deni Priyatna memberikan pembelajaran tentang Alquran.

Diketahui, Deni pria lulusan Pondok Pesantren Miftah Al Huda. Deni sangat peduli terhadap pendidikan agama, khususnya bagi anak-anak di lingkungannya.

Karenanya, Deni mendirikan Majelis Taklim Nurul Huda tersebut untuk memberikan kesempatan bagi anak-anak di sekitar rumahnya untuk belajar mengaji.

Baca Juga:BMKG Prediksi Banten Diguyur Hujan Lebat dan Angin Kencang Hari Ini

Majelis Taklim Nurul Huda sendiri telah berdiri selama hampir dua tahun. Meski demikian, dalam setahun terakhir, bangunan majelis ini mengalami kerusakan yang cukup parah.

Atap majelis taklim yang terbuat dari genteng mengalamibocor cukup parah, setiap hujan turun pengajian harus dihentikan lantaran anak-anak tidak bisa belajar dengan nyaman.

Deni Priyatna mengaku sangat prihatin dengan kondisi majelisnya saat ini,  ia berharap ada bantuan dari pihak-pihak yang peduli untuk memperbaiki tempatnya mengajarkan Alquran.

"Saya ingin anak-anak di sini bisa ngaji dengan aman dan nyaman," kata Deni dikutip dari Bantennews (Jaringan SuaraBanten.id), Senin (15/1/2023).

"Apalagi, rata-rata anak-anak yang belajar di sini berasal dari keluarga kurang mampu," lanjutnya.

Baca Juga:Pakai Knalpot Brong, Puluhan Motor di Tangerang Diamankan di Kantor Polisi

Deni Priyatna sendiri tidak memiliki penghasilan yang cukup untuk memperbaiki majelis tersebut. Ia hanya mendapatkan honor sebagai guru ngaji sebesar Rp200.000 per bulan. Sementara itu, penghasilannya sebagai penjual cilor hanya Rp80.000 per hari.

"Saya berharap bantuan dari pihak-pihak yang peduli untuk membantu memperbaiki majelis Nurul Huda. Dengan demikian, anak-anak di lingkungan ini bisa terus belajar mengaji dengan nyaman," ujarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak