Perajin Kain Tenun Baduy Mulai Banjir Pesanan, Melonjak Pasca Pandemi Covid-19 Melandai

Kini penjualan kain tenun tersebut meningkat berkali-kali lipat bila dibandingkan saat Pandemi Covid-19 masih melanda.

Hairul Alwan
Senin, 17 Oktober 2022 | 16:44 WIB
Perajin Kain Tenun Baduy Mulai Banjir Pesanan, Melonjak Pasca Pandemi Covid-19 Melandai
Warga Suku Baduy menenun kain di Kampung Kaduketug, Lebak, Banten, Sabtu (2/10/2021). [ANTARA FOTO/Muhammad Bagus Khoirunas]

SuaraBanten.id - Pasca Pandemi Covid-19 melandai, penuualan kain tenun produksi warga Baduy belakangan kembali meningkat. Peningkatan penjualan kain tenun Baduy tersebut berbanding lurus dengan tingginya kunjungan ke wilayah pedalaman Kabupaten Lebak, Banten itu.

Untuk pembeli kain tenun, biasanya para wisata membeli secara langsung ataupun membeli melalui media sosial alias secara online. Kini penjualan kain tenun tersebut meningkat berkali-kali lipat bila dibandingkan saat Pandemi Covid-19 masih melanda.

"Kita sekarang bisa menjual hingga 25 potong dari sebelumnya dua potong setiap pekan dengan ukuran 3x2, 5 meter," kata Amir, seorang perajin kain tenun Badui dikutip dari Antara, Senin (17/10/2022).

Kata Amir, produksi kain tenun Baduy sejak sepuluh bulan terakhir menggeliat dan para perajin kain tenun Baduy terlihat di bale-bale rumah tengah memproduksinya dengan peralatan tradisional. Untuk memproduksi tenun Baduy berukuran 3x2,5 meter, para perajin membutuhkan waktu pengerjaan selama sepekan.

Baca Juga:Viral Kawanan Pelajar Konvoi Tenteng Sajam di Cibadak Lebak, Serang Siswa SMP di Pinggir Jalan

Ketika datang ke Baduy, para perajin mengerjakan produksi kain tenun tradisional itu dengan keuletan dan ketelitian merajut benang menjadi kain. Peralatan tradisional itu tentu menghasilkan produksi yang bermutu dan berkualitas tanpa sentuhan mesin.

"Kami di sini memproduksi kain tenun mencapai puluhan potong setiap pekan," katanya menjelaskan.

Amir mengungkapkan, harga kain tenun tersebut dijual tergantung motif dan jenis, namun terendah Rp150 ribu hingga Rp1,3 juta per potong.

Ia juga mengungkap produksi kain tenun Badui saat pandemi Covid-19 total para perajin berhenti, karena tidak ada permintaan pasar.

Namun, saat ini kembali banyak permintaan maupun pesanan melalui media sosial secara online juga ada wisatawan yang mengunjungi kawasan pemukiman Badui dengan membelinya langsung.

Baca Juga:Pengedar Tramadol dan Hexymer di Trondol Serang Dibekuk, Ribuan Butir Diamankan

"Kami berharap omzet penjualan kain tenun Badui dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat adat," katanya menjelaskan.

Munah (45) seorang perajin kain tenun Badui mengaku pihaknya saat ini bisa menjual rata-rata 20 potong dari sebelumnya dua potong/pekan, karena sudah banyak wisatawan mengunjungi desa wisata saba budaya Baduy.

Kebanyakan wisatawan itu mengunjungi pemukiman Badui pada Sabtu dan Minggu dari berbagai daerah di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Selain itu juga meningkatnya permintaan kain tenun, karena terbantu promosi yang dilakukan pemerintah daerah dan stakeholder, termasuk kedatangan pejabat negara.

Bahkan, pada Jumat dan Sabtu kemarin kedatangan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno ke pemukiman Baduy.

"Kami berharap ke depan perajin kain tenun Badui bisa berkembang, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat," kata Munah.

Kepala Desa Kanekes yang juga tokoh adat masyarakat Badui, Jaro Saija mengatakan masyarakat Badui terdapat dua mata pencaharian dari bercocok tanam pertanian dan pelaku UMKM.

Pelaku UMKM dapat mendorong peningkatan ekonomi masyarakat Badui dan perlu adanya pelatihan, permodalan hingga pemasaran. 

"Kami memiliki 2.000 pelaku UMKM tentu sangat berharap adanya kepedulian dari berbagai elemen untuk membantu kemajuan ekonomi masyarakat Badui," kata Saija sambil menyatakan penduduk masyarakat Badui 11.600 jiwa tersebar di 68 perkampungan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini