Sawah Terendam Limbah Pasir, Ratusan Petani Mekarjaya Lebak Geruduk Kantor Iti Octavia Jayabaya

"Kita mau ketemu Ibu Bupati, kalau enggak. Kita akan terus di sini (depan kantor Bupati,-red) kita nginap disini sampai Ibu Bupati mau turun hadapi kita," ujar Tata.

Hairul Alwan
Kamis, 03 Februari 2022 | 13:12 WIB
Sawah Terendam Limbah Pasir, Ratusan Petani Mekarjaya Lebak Geruduk Kantor Iti Octavia Jayabaya
Ratusan petani mengeruduk Kantor Bupati Lebak menuntut Perusahaan Tambang Pasir ganti rugi atas limbah pasir yang menutup area pesawahan, Kamis (3/2/2022). [IST]

SuaraBanten.id - Ratusan petani mengeruduk Pemerintah Kabupaten atau Pemkab Lebak di Rangkasbitung, Kabupaten Lebak, Kamis (3/2/2022). Ratusan petani itu mendatang Kantor Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya untuk menuntut ganti rugi dan normalisasi sawah mereka

Menurut pengakuan para petani, sawah mereka kini terendam limbah pasir yang diduga berasal dari beberapa perusahaan tambang pasir sekitar.

Dalam aksinya, petani Lebak membawa spanduk dan karton yang bertuliskan keluh kesah dan tuntutan meraka. Mereka menyebut sawah yang biasanya jadi sumber penghasilan kini tak bisa digarap.

Saat aksi unjuk rasa berlangsung, massa aksi juga sempet terlibat saling dorong dengan aparat kepolisian yang berjaga di Kantor Bupati Lebak. Mereka kesal lantaran aksinya tidak ditemui Bupati Lebak Iti Octavia Jayabaya.

Baca Juga:Usai Salat Jumat Kelompok Tani Deklarasikan Dukung Anies Baswedan Untuk Pilpres 2024

"Kita mau ketemu Ibu Bupati, kalau enggak. Kita akan terus di sini (depan kantor Bupati,-red) kita nginap disini sampai Ibu Bupati mau turun hadapi kita," ujar salah satu massa aksi, Tata.

Kata Tata, dirinya dan para petani kesal lantaran tidak ada respon cepat dari Pemerintah Daerah (Pemda) akan persoalan limbah pasir yang menutupi puluhan hekatare sawah di Desa Mekarjaya.

"Sawah kita udah ga bisa digarap lagi pak, kita kehilangan pencaharian. Enggak bisa kerja, anak saya bilang kalau Bapak (Tata,-red) enak, enggak kerja, duduk duduk aja. Padahal dalam hati, saya sakit. Saya sakit hati," akunya.

Tata yang mempunyai 8 anak mengaku mengaku harus menunggu suruhan orang lain untuk bekerja serabutan demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya.

"Saya punya anak 8 pak, enggak ada penghasilan tetap. Makan aja susah. Bisa-bisa kita-kita mati bukan karena Corona, tapi karena karena melarat," tegasnya.

Baca Juga:Heboh, Rumah Warga di Lebak Mendadak Retak dan Miring, Penyebabnya Masih Misterius

Ia serta ratusan petani lainnya menuntut agar Pemda Lebak mengambil tindakan tegas dengan menuntut perusahaan tambang pasir yang telah menyebabkan puluhan hektar sawah milik warga Desa Mekarjaya tidak bisa lagi digarap.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak