Saat itu pasukan TKR bersama serdadu India berseragam tentara Inggris menggunakan truk menuju Lengkong dipimpin oleh Mayor Daan Mogot. Tujuannya untuk operasi pelucutan senjata Jepang. Sekitar pukul 14.00 pasukan berangkat dan tiba pada sekitar pukul 16.00.
Menjelang sampai ditujuan, tidak jauh dari gerbang kamp Jepang, kendaraan diberhentikan. Pasukan TKR menemukan sejumlah pasukan Jepang yang bertugas jaga.Tanpa kesulitan, senjata Jepang tanpa kesulitan dilucuti oleh TKR. Tampaknya pasukan Jepang sudah terpengaruh oleh penampilan TKR yang mengikutsertakan serdadu Inggris berkebangsaan India.
Mayor Daan Mogot, Mayor Wibowo, Taruna Alex Sajoeti, dan serdadu Inggris – India menuju sebuah bangunan yang dijadikan markas Jepang. Mereka menemui komandan pasukan Jepang, Kapten Abe.
Di dalam markas, saat berhadapan dengan Kapten Abe, Mayor Daan Mogot mengutarakan maksud kedatangan pasukan TKR, dengan menjelaskan bahwa ini operasi gabungan dengan tentara sekutu. Kapten Abe belum bersedia memenuhi tuntutan pelucutan senjata dan meminta waktu untuk menghubungi atasannya di Jakarta.
Baca Juga:Warga Banten Boyong 4 Anak dan 2 Keponakan Aksi Bela Palestina ke Jakarta
Dalam waktu yang sama, Letnan satu (Lettu) Soebianto dan Lettu Soetopo yang berada di luar tanpa menunggu hasil dari perundingan, sudah menyuruh para Taruna untuk menyebar dan melucuti senjata tentara Jepang.
Dalam waktu yang cepat, sejumlah senjata telah dapat dikumpulkan di tempat pengumpulan senjata di lapangan beserta sejumlah tentara Jepang yang sudah dilucuti berkumpul di lapangan dekat tumpukan senjata itu.
Tiba-tiba terdengar suara letusan, tidak diketahui dari mana tembakan itu dilepaskan. Kemudian tampak seorang tentara Jepang lari keluar dari bangunan markas yang dipakai perundingan, sambil berteriak menyerukan sesuatu kepada kawan-kawannya yang berdiri di lapangan dan berujung pada terjadinya pertempuran tak seimbang.
Pertempuran itu berakhir ketika hari mulai gelap. Terdengan teriakan dalam bahasa Indonesia beraksen Jepang, untuk menghentikan tembakan dan perintah untuk berkumpul. Semua yang masih hidup, termasuk yang luka-luka, mulai dikumpulkan di bangunan markas.
Keesokan harinya, hari sabtu tanggal 26 Januari 1946, para tawanan yang masih kuat diberikan sekop untuk menggali kuburan, ternyata mereka hanya disuruh menguburkan kawan-kawannya yang tewas.
Baca Juga:Bapak yang Hajar Anaknya Ditangkap Polisi, Korban Lemas dan Ketakutan
Secara pasti belum diketahui beberapa mayat yang ditemukan dan dikuburkan mereka waktu itu.
Namum secara umum dapat dikatakan, bahwa anggota TKR yang gugur akibat pertempuran ini sebanyak 36 orang, terdiri dari 33 dan 3 Perwira. Ketiga Perwira itu adalah Mayor Daan Mogot, Lettu Soebianto Djojohadikoesoemo, dan Lettu Soetopo.
Peristiwa Lengkong atau Palagan Lengkong menyisakan saksi yang masih dapat dilihat hingga saat ini, yaitu bangunan yang diduga sebagai tempat markas atau penjagaan.Sumber lainnya mengatakan diduga sebagai gudang penyimpanan senjata pasukan Jepang.
Untuk mengenang Peristiwa Lengkong tersebut ada dua tempat bersejarah yang pertama adalah Taman Makam Pahlawan (TMP) taruna yang bertempat di Jl. Daan Mogot (JL. Raya Jakarta-Serang) KM 24,5 dan yang kedua adalah monumen Lengkong yang berada di wilayah Serpong.
Monumen yang dibangun berdampingan dengan Taman Daan Mogot itu berdiri tahun 1993 di atas lahan seluas 500 meter persegi.
Pada dinding prasasti monumen terukir nama-nama taruna dan perwira yang gugur pada peristiwa pertempuran Lengkong. Sedangkan di dalam museumnya, terpampang foto-foto perjuangan para taruna militer di Indonesia berserta akademinya.