Soal Banten, Ade Armando: Sejarah Amerika Dibongkar Tanpa Ampun Lord Rangga

"Top banget ni. Sejarah Amerika dibongkar tanpa ampun," kata Ade Armando melalui akun Twitter @adearmando1, Kamis (20/5/2021).

Pebriansyah Ariefana
Kamis, 20 Mei 2021 | 12:48 WIB
Soal Banten, Ade Armando: Sejarah Amerika Dibongkar Tanpa Ampun Lord Rangga
Petinggi Sunda Empire, Ki Ageng Rangga Sasana saat mendatangi Polda Jabar. (Suara.com/Emi La Palau).

Pada zaman Kesultanan ini banyak terjadi peristiwaperistiwa penting, terutama pada akhir abad XVI (Juni 1596), dimana orang-orang Belanda datang untuk pertama kalinya mendarat di Pelabuhan Banten dibawah pimpinan Cornelis De Houtman dengan maksud untuk berdagang. Namun sikap yang congkak dari orang-orang Belanda tidak menarik simpati dari Pemerintah dan Rakyat Banten saat itu, sehingga sering timbul ketegangan diantara masyarakat Banten dengan orang-orang Belanda.

Pada saat tersebut, Sultan yang bertahta di Banten adalah Sultan yang IV yaitu Sultan Abdul Mufakir Muhammad Abdul Kadir yang waktu itu masih belum dewasa/bayi, sedang yang bertindak sebagai walinya adalah Mangkubumi Jayanegara yang wafat kemudian pada tahun 1602 dan diganti oleh saudaranya yaitu Yudha Nagara. Pada Tahun 1608 Pangeran Ramananggala diangkat sebagai Patih Mangkubumi.

Sultan Abdul Mufakir mulai berkuasa penuh dari Tahun 1624 sampai Tahun 1651 dengan R amanggala sebagai Patih dan Penasehat Utamanya. Sultan Banten yang VI adalah Sultan Abdul Fatah cucu Sultan V yang terkenal dengan julukan Sultan Ageng Tirtayasa yang memegang tampuk pemerintahan dari Tahun 1651 sampai dengan 1680 (±selama 30 Tahun).

Atas kepahlawanannya dalam perjuangan menentang Kompeni Belanda, maka berdasarkan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia, Sultan Ageng Tirtayasa dianugrahi kehormatan predikt sebagai Pahlawan Nasional.

Baca Juga:Kisah Sultan Abdul Mufakir Jadi Sultan Banten Saat Masih Bayi

Pada waktu berkuasanya Sultan VI ini, sering terjadi bentrokan dan peperangan dengan para Kompeni Belanda yang pada waktu itu telah berkuasa di Jakarta. Dengan cara Politik Adu Domba (Devide Et Impera) terutama dilakukan antara Sultan Ageng Tirtayasa yang anti Kompeni dengan puteranya Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) yang pro Kompeni Belanda dapat melumpuhkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.

Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya tidak berdaya dan menyingkir ke pedalaman, namun dengan bujukan Sultan Haji, Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap kemudian ditahan dan dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya pada tahun 1692.

Setelah tanggal 17 Agustus 1945, kekuasaan Kepresidenan beralih dari tangan Jepang kepada Republik Indonesia dan sebagai Residennya adalah K.H. Tb. Achmad Chatib serta sebagai Bupati Serang adalah KH. Syam’un, sedangkan untuk jabatan Wedana dan Camat-camat banyak diangkat dari para tokoh ulama.

Sejarah Banten

Sejarah Banten tidak terlepas dari peran perjuangan Sultan Abdul Mufakir, salah satu pemimpin di Banten. Dulunya, Banten merupakan kawasan kesultanan.

Baca Juga:Asal Usul Paman SAM Amerika Serikat, Lord Rangga: Sultan Abdul Mufakir

Kesultanan Banten merupakan kerajaan Islam yang pernah berdiri di Tatar Pasundan, Provinsi Banten, Indonesia. Berawal sekitar tahun 1526, ketika kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak memperluas pengaruhnya ke kawasan pesisir barat Pulau Jawa, dengan menaklukkan beberapa kawasan pelabuhan kemudian menjadikannya sebagai pangkalan militer serta kawasan perdagangan sebagai antisipasi terealisasinya perjanjian antara kerajaan Sunda dan Portugis tahun 1522 m.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini