Pada saat itu, dalam pengaturan strategi perang untuk melawan kolonial belanda langsung dipimpin oleh Tubagus Ismail.
"Jendral terdepannya waktu itu Tubagus Ismail, langsung mimpin 300 ulama dari beberapa daerah terutama ulama daerah Cilegon dan langsung bergabung deng KH. Wasyid terjadilah perang di Cilegon," ujarnya.
Setelah beberapa tahun berselang, usai geger Cilegon tempat yang tadinya digunakan untuk manakiban dan berkumpul itu dijadikan masjid untuk tempat ibadah.
"Pada tahun sekitaran 1890 an itu dijadikan masjid, oleh para kasepuhan, dan sampe sekarang," terangnya.
Baca Juga:Bagikan Kabar Duka, Hamka Hamzah Unggah Foto Pemakaman
Dari mulai didirikannya mesjid tersebut sampai sekarang sudah mengalami tiga kali degradasi atau perubahan struktur.
Namun masyarakat sekitat masih mempertahankan ornamen bangunan yang ada di dalam masjid tersebut.
"Sudah 3 kali diubah, ini yang ke 4 kali. Perubahan pertama itu tahun 70an, perubahan kedua tahun 87an, perubahan ketiga tahun 90an, dan sekarang yang ke empat kali. Walaupun kami ubah, tapi tetap kami pertahankan keaslian masjid itu, kan dalamnya engga kami ubah itu bawaan dari dulu," katanya.
Seperti dilansir UIN Banten, Masjid Al-Iztihad Gulacir terletak di Kampung Gulacir, Desa Sukabares, Kecamatan Waringinkurung, Kabupaten Serang, Provinsi Banten. Untuk menempuh jarak ke bangunan Masjid Al-Iztihad jaraknya sekitar 25 km dari pusat Kota Serang, atau sekitar 10 km dari Kecamatan Kramat watu kearah Kecamatan Waringin Kurung.
Penduduk Setempat memberi nama Masjid Al-Iztihad Gulacir Sebagai nama Masjid. Menurut masyarakat setempat Masjid Al-Iztihad di dirikan oleh KH. Tubagus Ismail, serta para Santri dan Masyarakat yang berada di Gulacir.
Baca Juga:Sirup Fruktosa dan Tepung Jagung Bernilai Miliaran Diekspor ke Vietnam
Nama Gulacir adalah nama Kampung dimana masjid Al-Iztihad berdiri. Menurut pendapat Tb. Abdul Aziz sebagai tokoh ulama di Kampung Gulacir.