SuaraBanten.id - Selama pandemi Covid-19, permintaan mainan seks atau yang disebut pula sex toys meningkat secara drastis di China. Bahkan, dilaporkan pangsa penjualan sex toys di negeri tirai bambu itu mencapai US$ 14,7 miliar setara Rp 216 triliun (kurs Rp 14.740) dengan penjualan sekira US$ 300 (Rp 4,4 juta) per biji.
Berdasarkan pantauan perusahaan riset asal China, iiMedia menyebut, peningkatan ini didasari tingginya permintaan konsumen yang didominasi wanita dengan rentang umur 25-40 tahun.
Meski, penjualan sex toys di China masih tertinggal dari Jepang dan beberapa negara lain di Eropa, analis di firma riset pasar Daxue Consulting Steffi Noel menilai penjualan tersebut didominasi raksasa China, Baidu.
Ia juga menyebut, tren penjualan tersebut tidak akan bertahan lama karena 70% pembeli mainan seks selama pandemi adalah pembeli baru yang kemungkinan tidak akan membeli lagi.
Baca Juga:Menkes Terawan Buka Suara Soal RS Palsukan Kematian Pasien Covid-19
"Orang-orang yang membeli mainan seks selama pandemi kebanyakan adalah pembeli pertama kali," kata Noel melansir Batamnews yang mengutip dari AFP, Senin (19/10/2020).
Daxue Consulting China melaporkan, negara itu kini merupakan penghasil 70% dari total sex toys yang tersebar di dunia. Lonjakan pesanan datang dari Prancis, Italia, dan AS, dengan dominasi vibrator dan boneka seks.
Raksasa e-commerce China, AliExpress mengungkap, pada awal 2020 ekspor mainan seks China melonjak hingga 50% tahun-ke-tahun. Saat itu pabrik berlomba untuk memenuhi permintaan dunia selama orang terpaksa di rumah saat pandemi Covid-19.
"Kami mengekspor lebih dari 1.000 boneka seks per bulan. Kami telah mencapai kapasitas produksi penuh," kata manajer di Shengyi Adult Products Co.
Salah seorang blogger asal China Yi Heng mengungkapkan, saat ini cukup banyak wanita yang menggunakan mainan seks. Hal itu dia ketahui dari grup diskusi yang membahas mengenai mainan seks.
Baca Juga:Akhir Tahun Ini Direncanakan Akan Ada Vaksinasi COVID-19 di Malang
Padahal, China merupakan salah satu negara dengan sikap konservatif terhadap seks. China secara tegas melarang pornografi, bahkan konten vulgar sangat dilarang di sana.
Dalam beberapa kebijakannya, Presiden China Xi Jinping mendorong dunia maya yang bersih dan adil. Pemerintah China juga terus berupaya untuk mempromosikan pernikahan dan nilai-nilai kekeluargaan guna menghidupkan kembali tingkat kelahiran yang menurun.
Meski begitu, tingkat perceraian di China mencapai rekor tertinggi lebih yakni mencapai 3,1 juta dalam sembilan bulan pertama tahun 2019.
Salah seorang konsumen mainan seks yang tak mau disebut namanya berpandangan, sex toys saat ini bukanlah hal tabu.
"Sekarang orang lebih terbuka, dan mereka tidak menganggap benda-benda ini sangat aneh," kata Amy.