Kuliner Rubah Nasib Jadi Lebih Baik di Masa pandemi Covid-19

Kini Olivia tengah sibuk memperdalam bisnis kopinya untuk penghasilan yang lebih baik.

Ari Syahril Ramadhan
Kamis, 24 September 2020 | 07:05 WIB
Kuliner Rubah Nasib Jadi Lebih Baik di Masa pandemi Covid-19
Kuliner Tanah Air. (dok: Kemenparekraf)

“Saya menjual brownis berbagai topping dan Alhamdulillah saya bisa bantu suami mendapatkan penghasilan di tengah kondisi seperti sekarang ini,” kata dia.

COVID-19 memang bukan semata tentang krisis kesehatan, tapi juga krisis ekonomi. Di tengah kondisi yang tidak menentu akibat pembatasan aktivitas sosial, Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia bahkan memprediksikan setidaknya akan ada 6 juta orang yang mengalami PHK atau kehilangan penghasilan akibat perekonomian yang melambat.

Kondisi ini membuat beberapa orang harus memutar otak mencari cara untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Dan faktanya, banyak yang tak menyadari bahwa bisnis kuliner ternyata mampu mengubah nasib menjadi lebih baik.

Konsumsi Meningkat

Baca Juga:Rekomendasi Kuliner Malam di Bandung, Wajib Dicoba!

Merebaknya berbagai usaha kuliner rumahan di tengah kondisi COVID-19 patut diapresiasi sebagai bentuk kreativitas dan upaya memperbaiki kondisi perekonomian.

Bisnis Kuliner Online Go Food. (Suara.com/Vessy Frizona)
Bisnis Kuliner Online Go Food. (Suara.com/Vessy Frizona)

Praktisi Marketing dan Dosen Kewirausahaan di PPM School of Management Noveri Maulana, mengatakan tren Work From Home (WFH) dan School From Home (SFH) membuat kebutuhan konsumsi masyarakat di rumah tangga turut meningkat.

Dengan begitu tak heran kebutuhan akan jenis makanan yang bisa diakses dari rumah juga akan semakin meningkat.

“Sampai setahun ke depan, orang masih belum sepenuhnya normal untuk ‘dine in’ atau nongkrong di restoran. Selain itu, masakan rumahan olahan sendiri juga bisa membosankan. Sehingga, dibutuhkan jenis variasi produk kuliner yang bisa ‘delivery’ ke rumah. Di sinilah bisnis kuliner rumahan bisa memberikan peluang untuk mereka yang mau mencoba peruntungan sebagai entrepreneur,” ujar Noveri.

Merespon peluang itu, Head of Training Product Pintaria, Sally Dewi, mengungkapkan pihaknya menyediakan platform penyedia kursus Prakerja untuk memberikan berbagai jenis kursus online yang berkaitan dengan usaha kuliner. Kursus akan dibimbing langsung oleh lembaga pelatihan yang terdaftar dengan pengajar profesional yang tidak hanya memberikan teknik membuat berbagai makanan, tapi juga bagaimana tips menjualnya.

Baca Juga:5 Kuliner Khas Bali yang Wajib Dicoba

Hal ini selaras dengan program pemerintah dalam penyelenggaraan kursus Prakerja yang bisa memberikan manfaat positif dan membantu mereka yang terkena imbas ekonomi akibat Covid-19.

“Melalui berbagai pelatihan di Pintaria, masyarakat bisa belajar dari ahlinya dan mendapatkan sertifikat, harapannya bisa meningkatkan kemampuan mereka untuk membuat produk kuliner yang bisa dijual dan menambah penghasilan,” ujar Sally.

Staff Khusus Kementerian Koperasi dan UMKM Riza Damanik menjelaskan ada tiga cara UMKM yang paling optimal dalam beradaptasi dalam situasi pandemi.

Pertama, mengurangi jam kerja, kedua mengurangi jam produksinya dan ketiga melakukan digitalisasi marketing. Disamping itu kata Riza yang dibutuhkan lebih dari 90 persen UMKM saat ini adalah solusi pembiayaan untuk bisa bertahan atau bangkit.

"Dari survei cepat ADB diketahui bahwa 91,8 persen persen UMKM mengharapkan pinjaman tanpa bunga dan/atau tanpa agunan. Selain itu, 89,5 persen UMKM juga membutuhkan hibah dari pemerintah,” katanya.

Pihaknya, kata Riza, telah menyiapkan dua skema yang juga sejalan dengan program Satuan Tugas Pemulihan Ekonomi Nasional (Satgas PEN). Pertama ialah memperkuat UMKM yang sudah bankable atau terintegrasi dalam sistem perbankan, skemanya seperti restrukturisasi pinjaman, insentif pajak, mempermudah akses pembiayaan dan modal kerja baru, termasuk pembiayaan koperasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

Lifestyle

Terkini