Kekinian, sang suami dan Nining juga melakoni usaha menjual jajanan di sekolah yang sama. Ia membuka warung di toilet yang sudah disekat untuk dijadikan ruang tamu.
"Ya cukup tidak cukup, harus dicukupkan. Penghasilan saya hanya Rp 1,050 juta per tiga bulan. Itu habis untuk membiayai dua anak kami,” ungkapnya.
Anak pertamanya telah lulus SMA dan bekerja merantau di Jakarta. Sedangkan anak keduanya, masih mengenyam pendidikan pesantren di Yayasan Darul Ullum, Kecamatan Saketi, Kabupaten Pandeglang, Banten.
"(Anak) Dua, sekolah di MTs kelas dua yang kedua, yang pertama sudah lulus enggak dilanjutkan (kuliah). Anak harus sekolah terus, saya semangat (jadi guru honorer) untuk biaya sekolah (anak)," jelasnya.
Baca Juga:Jerih Payah Guru Honorer Tinggal di WC: Bergelar S1 Tapi Gagal Jadi PNS
Dapur rumah perempuan berusia 44 tahun tersebut, gabung dengan toilet guru, siswa dan musala. Sedangkan kamar tidurnya, tepat berada di samping toilet tersebut.
"Dua tahun saya tinggal di sini. Toilet gabung tempat masak. Kalau tidur di samping kamar mandi murid dan guru,” kata Nining.
Nining beserta suami membangun sendiri ruang kamar tidur, sekaligus ruang tamu dan warung jajanan anak SD.
Agar tidak merasakan bau pesing dan menyengat dari dalam kamar mandi, Nining dan Eby harus rajin-rajin membersihkan toilet.
"Toilet enggak direnovasi, sudah lama. Musala tempat salat guru, di sampingnya, saya meletakkan kompor. Enggak bau, saya bersihkan sendiri, tanggungjawab," terangnya.
Baca Juga:Digaji Rp 350 Ribu, Guru Honorer Nining Sudah 2 Tahun Tinggal di Toilet
Sang suami, Eby, mengakui dia bersama istri mendapatkan izin untuk menempati toilet SDN Karya Buana 3.