-
Waduk Karian di Lebak, Banten, bendungan besar yang diresmikan Januari 2024, melayani irigasi dan pasokan air untuk Banten, Jawa Barat, dan DKI Jakarta.
-
Pembebasan lahan Waduk Karian sudah 99%, namun sisa 1% (sekitar 21,03 hektar) masih dalam proses gugatan warga terkait sengketa ganti rugi di PN Rangkasbitung.
-
Warga yang menggugat klaim kepemilikan lahan terdampak, padahal saat pendataan BBWS tidak ada klaim. Gugatan diajukan untuk membuktikan hak kepemilikan di pengadilan.
SuaraBanten.id - Waduk Karian yang berlokasi di Kecamatan Rangkasbitung, Kabupaten Lebak menjadi salah satu bendungan terbesar yang dibangun dan diperuntukkan bagi masyarakat Banten, Jawa Barat dan DKI Jakarta.
Waduk yang dibangun sejak Oktober 2015 itu disebut mampu memenuhi keperluan irigasi seluas 22.000 hektare sawah. Waduk ini memiliki volume tampungan sebesar 315 juta meter kubik dan luas genangan sebesar 1.777 hektare.
Namun, waduk yang diresmikan oleh Presiden Jokowi di bulan Januari 2024 itu pun masih menyisakan persoalan. Pasalnya, sejumlah warga di Desa Bungurmekar, Kecamatan Sajira melakukan gugatan lantaran tidak mendapatkan ganti rugi atas lahan yang diklaim milik warga yang digunakan untuk pembangunan waduk tersebut.
Disampaikan PPK Pengadaan Tanah II BBWS C3 Revita Kartikasari, progres pembebasan lahan Waduk Karian belum sepenuhnya rampung lantaran menyisakan sekitar 21,03 hektar lahan dari total kebutuhan lahan seluas 2.226,44 hektar masih dalam proses gugatan di Pengadilan Negeri Rangkasbitung.
"Untuk progres pembebasan lahan Bendungan Karian saat ini sudah 99 persen atau sekitar 2.205 hektar. Sisanya 1 persen atau sekitar 21,03 hektar masih berproses (gugatan)," kata Revita, Jumat (7/11/2025).
"Lahan yang belum bebas tersebar di 8 desa dari total 11 desa di 4 kecamatan. Sebagian besar kasusnya sengketa atau overlap antara tanah garapan dan tanah bersertifikat," imbuhnya.
Diakui Revita, pelaksanaan pengadaan lahan untuk pembangunan Waduk Karian telah sesuai prosedur karena dilakukan melalui beberapa mekanisme, mulai dari inventarisasi, identifikasi hingga pengumuman di desa masing-masing.
"Pengumuman kami sampaikan di desa, by name by person. Kami jelaskan satu per satu, misalnya bidang dengan NIB 1 atas nama siapa. Khusus untuk kasus ini (gugatan warga), pada saat pendataan tidak ada yang mengklaim kepemilikan tanah tersebut," ungkapnya.
"Saat masa pengumuman selama 14 hari kerja di desa, juga tidak ada pihak yang mengklaim. Namun setelah waktu berjalan cukup lama, baru pada 2023 mulai muncul klaim atas bidang tanah tersebut," sambung Revita.
Baca Juga: Kasus Minta Jatah Proyek Rp5 Triliun, 5 Pengusaha Kota Cilegon Divonis 1 Tahun 6 Bulan Penjara
Meski begitu, Revita menyampaikan, bagi warga yang merasa memiliki tanah yang terdampak pembangunan Waduk Karian dipersilakan mengajukan gugatan untuk membuktikan hak kepemilikan atas lahan tersebut sesuai arahan Direktorat Jenderal Aset Tanah dan Ruang (ATR).
"Di pengadilan nanti akan dilakukan pembuktian dokumen yang dimiliki terhadap bidang tanah tersebut. Saat ini proses sudah berjalan. Putusan pengadilan nantinya yang akan menentukan dan menjadi dasar revisi peta bidang maupun daftar nama yang telah ditetapkan sebelumnya," ucap Revita.
"Berdasarkan dokumen gugatan, mereka hanya melampirkan bukti pajak atau SPPT, tidak ada sertifikat tanah (SHM). Berdasarkan ploting BPN, tidak ada SHN yang terbit di lokasi itu," imbuhnya.
Saat disinggung berapa total ganti rugi yang harus dibayarkan bila gugatan warga dimenangkan oleh Pengadilan Negeri Rangasbitung, Revita mengaku belum mengetahuinya karena harus dinilai oleh tim appraisal dari BPN.
Namun, ia berkeyakinan bila lahan yang diklaim oleh warga tersebut merupakan lahan negara sehingga pihaknya yang kini jadi tergugat utama dalam kasus sengketa itu tidak harus mengeluarkan uang ganti rugi sepeser pun.
"Belum tahu (ganti ruginya) karena itu dinilai oleh tim appraisal. Tapi tanah itu tanah negara, tanpa penguasaan. Sehingga tidak perlu diberikan ganti kerugian hak selama tidak ada pihak yang mengklaim," tandasnya.
Berita Terkait
-
Kasus Minta Jatah Proyek Rp5 Triliun, 5 Pengusaha Kota Cilegon Divonis 1 Tahun 6 Bulan Penjara
-
6 Fakta Mengejutkan Oknum ASN Pemkab Tangerang Terlibat Jaringan Narkoba Modus Vespa
-
Oknum ASN Bidang Kepegawaian Pemkab Tangerang Ternyata Pengedar Ganja Jaringan Medan-Bali!
-
ASN Bolos Kerja 1 Tahun di Pandeglang: 4 Fakta Krusial, dari Utang Piutang Hingga Pemecatan
-
Total Kerugian Capai Rp5 Miliar, Skandal Penipuan Modus Masuk Polisi di Polda Banten Kian Membesar
Terpopuler
- 5 Mobil Kencang, Murah 80 Jutaan dan Anti Limbung, Cocok untuk Satset di Tol
- 7 Rekomendasi Lipstik untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Cocok Jadi Hadiah Hari Ibu
- 8 Promo Makanan Spesial Hari Ibu 2025, dari Hidangan Jepang hingga Kue
- Media Swiss Sebut PSSI Salah Pilih John Herdman, Dianggap Setipe dengan Patrick Kluivert
- PSSI Tunjuk John Herdman Jadi Pelatih, Kapten Timnas Indonesia Berikan Komentar Tegas
Pilihan
-
Mengenang Sosok Ustaz Jazir ASP: Inspirasi di Balik Kejayaan Masjid Jogokariyan
-
Gagal di Sea Games 2025, Legenda Timnas Agung Setyabudi Sebut Era Indra Sjafri Telah Berakhir
-
Rupiah Bangkit Perlahan, Dolar AS Mulai Terpojok ke Level Rp16.760
-
2 Profesi Ini Paling Banyak Jadi Korban Penipuan di Industri Keuangan
-
Cek Fakta: Viral Klaim Pigai soal Papua Biarkan Mereka Merdeka, Benarkah?
Terkini
-
Cek Jadwal KRL Rangkasbitung-Tanah Abang Selasa 23 Desember 2025, Jangan Sampai Telat!
-
4 Kiprah Taktis Sufmi Dasco Ahmad di Dapil Banten III Sepanjang 2025
-
Kapolri Soroti 4 'Titik Panas' di Banten, Pelabuhan Merak hingga Wisata Jadi Prioritas
-
Dikenal Dermawan dan Tak Pernah Bermasalah, Ayah Bocah Korban Pembunuhan di Cilegon Ternyata...
-
5 Spot Wisata Healing di Serang Banten Buat Libur Sekolah dan Akhir Tahun 2025