SuaraBanten.id - Sejumlah Pondok Pesantren di Kota Cilegon, Banten mulai menggunakan listrik tenaga surya melalui panel surya atau Pembangkit Listrik Tenaga Surya atau PLTS atap untuk kebutuhan listrik sehari-hari mereka.
Beberapa pondok pesantren dan madrasah yang sudah menggunakan PLTS yakni, Yayasan Pendidikan Islam atau TPI Al-Bustaniyah di Kelurahan Bagendung, Kecamatan Cilegon; Pondok Pesantren Syubbanul Muslimin di Kelurahan Delingseng, Kecamatan Citangkil; Ponpes Nurul Hikmah di Kelurahan Tegal Bunder, Kecamatan Purwakarta; Yayasan MTs Al-Hidayah di Kubang Welut, Kelurahan Kubang Sari, Kecamatan Ciwandan serta Yayasan MTs Al Khairiyah di Kelurahan Rawa Arum, Kecamatan Gerogol.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Bustaniyah, Ustaz Fahrudin Syamun mengatakan, penggunaan Pembangkit Listrik Tenega Surya (PLTS) bantuan PT Krakatau Chandra Energi atau PT KCE membantu kebutuhan listrik di pondok pesantren yang ia pimpin.
"PLTS ini sebuah inovasi, jadi memang Alhamdulillah dibantu KCE lewat program langit biru dan membantu listrik yang sudah kita gunakan," katanya kepada awak media, Selasa (18/3/2025).
Baca Juga: Alquran Raksasa di Ciwandan Cilegon, Ditulis Setahun Penuh Usai Salat Tahajud
"Kita sudah merasakan keringanan listrik. (Listrik bisa dipakai untuk) ruang perkantoran Ponpes Al Bustaniyah," katanya saat memberi sambutan menceritakan perbedaan sebelum dan sesudan pemasangan panel surya.
Ustaz Fahrudin berharap program langit biru dari KCE bisa memenuhi kebutuhan listrik di seluruh Pondok Pesantren dan madrasah di Kota Cilegon. Ia juga berharap seluruh ruangan belajar di pondok pesantren yang ia pimpin bisa menggunakan panel surya.
Ustaz Fahrudin juga menyinggung biaya untuk pemenuhan listrik di pondok pesantrennya menurun setelah pemasangan atap solar panel tersebut.
"Sebelum ada PLTS kita bayar bulanan hampir Rp700 ribu, sekarang selisih (menghemat biaya listrik) hampir Rp300 ribu," jelasnya.
Sementara itu, Direktur Operasi dan Komersial PT Krakatau Chandra Energi, Ari Azhar, mengungkapkan, Instalasi PLTS Atap di lingkungan pendidikan merupakan bagian dari program CSR KCE bertajuk ‘Langit Biru’ untuk mendukung suksesnya transisi energi di Indonesia dan optimalisasi penggunaan EBT di lingkungan pendidikan.
Baca Juga: HUT ke-11 Suara.com, Wali Kota Cilegon: Semoga Selalu Memberikan Informasi Terpercaya
"Sebagai perusahaan penyedia EBT di Indonesia, KCE berupaya mewujudkan tempat edukasi yang memanfaatkan EBT di kalangan generasi muda, khususnya energi surya melalui PLTS Atap," jelasnya di hadapan para santri dan awak media yang hadir.
- 1
- 2
Berita Terkait
-
Revolusi Hijau di Sekolah: Belajar Energi Terbarukan Langsung dengan PLTS Atap
-
Hanya Bayar Listrik 40 Ribu per Bulan! Ini Keajaiban PLTS di Pulau Terpencil
-
Tekan Emisi Karbon, Solar Radiance Pasang PLTS Atap di Mall Panakukang
-
Anak Usaha MMSGI Bangun PLTS 1,032kWp Bersama Sembcorp
-
PT AHP Resmikan Proyek PLTS Ground-Mounted Berkapasitas 100 MWp Terbesar di Indonesia
Tag
Terpopuler
- Selamat Tinggal Denny Landzaat, Bisa Cabut dari Patrick Kluivert
- Selamat Datang Pascal Struijk di Timnas Indonesia, Ini Bisa Bikin China Ketar-ketir
- 5 Motor Bekas Murah Harga Rp2 Jutaan: Semurah Sepeda Listrik, Mesin Bandel
- CEK FAKTA: Link Rekrutmen Koperasi Desa Merah Putih, Gaji Capai Rp8 Juta
- 7 Rekomendasi Sunscreen Korea Terbaik Dunia, Tersedia di Indonesia
Pilihan
-
Dilepeh Ajax, Simon Tahamata Kirim Sinyal Mau Jadi Dirtek Timnas Indonesia?
-
Tunda Pesta Juara Persib! Malut United Bongkar Cara Jinakkan Maung Bandung
-
Bali Blackout, Update Terkini Listrik di Pulau Dewata Padam
-
Sekolah Perintis Peradaban Magelang: Mengajar Anak Menjadi Tuan atas Diri Sendiri
-
Prabowo Bakal Kenakan Tarif Pajak Tinggi Buat Orang Kaya RI
Terkini
-
BRI UMKM EXPO(RT) 2025 Buka Jalan bagi Tangkal Kawung Menuju Pasar lebih Luas
-
19 Duta Besar Negara Sahabat Hadiri Seba Baduy 2025
-
Tatua Adat Saat Seba Baduy: Konsisten Jaga Kelestarian Alam Cegah Bencana
-
Tolong Wali Kota Serang, Ibu Enam Anak di BAP Bertahan Melawan Kanker Butuh Bantuan
-
Tragis! Kakek di Pamulang Dibunuh Adik Kandung Gegara Konflik Harta Warisan