Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Senin, 10 Februari 2025 | 22:05 WIB
Pernah Jadi Anak Koin Hingga Tukang Semir, Munirudin Kini Jadi Orang Nomor Dua di Kemenag Cilegon
Kasubbag TU Kemenag Kota Cilegon Munirudin memberi keterangan kepada SuaraBanten.id. [Alwan/SuaraBanten.id]

Usai lulus dari pendidikan tingkat menengah, Munirudin pun tidak langsung kuliah ataupun bekerja di sebuah perusahaan. Ia tetap mencari penghasilan dengan menyopir angkot dan penghasilannya digunakan untuk mendaftar kuliah.

"Dalam perjalanan kuliah satu tahun saya juga mencari ilmu dengan menjadi guru honor tahun 1992 di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Rawa Arum," urainya.

Tak lama kemudian, terjadi pemekaran Rawa Arum menjadi Rawa Arum dan Pabuaran. Ia kemudian mengajar di Madrasah Aliah dan Tsanawiyah di Pabuaran.

"Waktu itu produktif sekali. Pagi saya ngajar, siang saya kuliah, malam saya jadi sopir angkot, padat sekali," kata Munirudin yang mengaku kala itu menjalaninya dengan penuh kenikmatan.

Baca Juga: Hari Mambaca Nyaring, Fajar Hadi Prabowo Singgung Pentingnya Literasi

Munirudin pun menceritakan kisah saat dirinya baru lulus Madrasah Aliyah yang kala itu tak dapat diterima dan malah menerima perundungan.

"Titik terendah saya saat dulu melamar ke proyek diketawain. Orang lulusan Aliyah (Madrasah Aliyah-red) ngelamar proyek, mau khotbahin besi tah. Kemudian ia sempat bekerja di Pom Bensin," kata pria yang akrab disapa Munir menceritakan masa lalunya.

Beranjak pada 1996, Munirudin kala itu dinyatakan lulus sebagai sarjana pendidikan dari Institut Agama Islam Banten (IAIB).

"Dulu saya maunya masuk ke IAIN, tapi karena dulu belum ada jurusan tarbiyah saya akhirnya masuk ke IAIB yang ada jurusan tarbiyahnya," urai anak kelima dari 10 bersaudara itu.

Setelah lulus, ia pun merasakan titik terendah kedua ketika sudah lulus kuliah namun belum mendapatkan SK PNS namun kala itu sudah menikah dan mempunyai anak.

Baca Juga: Usulkan Perda Penataan Kabel Listrik dan Telkom, Rahmatulloh Singgung Visi Robinsar-Fajar

"Dengan penghasilan yang tak seberapa. Di sanalah kita tahu sendiri honorer gaji nya tidak pasti. Dan Waktu itu saya dapat sebulan Rp90 ribu, padahal kenek aja semalam kadang-kadang dapat Rp50 ribu," tuturnya.

Load More