Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Minggu, 17 April 2022 | 08:10 WIB
Ustaz Felix Siauw (YouTube Felix Siauw).

SuaraBanten.id - Ustaz Felix Siauw beru-baru ini ikut mengomentari soal pengeroyokan Ade Armando oleh massa aksi Demo 11 April 2022 lalu. Menurutnya, Ade Armando dikeroyok bukan hanya masalah kekerasan saja namun masalah ketidakadilan.

Kata Ustaz Felix Siauw, Ade Armando sering menyakiti hati umat Islam, sok tahu dan tukang cari masalah serta kebal hukum. Ia pun lantas membandingkan kasus pengeroyokan Ade Armando dengan kasus Novel Baswedan beberapa tahun lalu.

Menurutnya, ada perlakuan tidak adil dari pihak penguasa kepada keduanya. Kata dia, penganiayaan Ade Armando seolah mendapat perlakuan khusus dari penguasa.

Namun, beda halnya perlakuan kasus penyiraman air keras sampai membuat lumpuh penglihatan Novel Baswedan, seolah penguasa bungkam.

“Mengabdi ke negara, bertaruh nyawa dan keluarga untuk memerangi koruptor dan maling uang negara. Disiram air keras, cacat permanen seumur hidup. Tidak dianggap masalah serius,” ujarnya melalui akun Instagram pribadinya @felix siauw dikutip dari Terkini.id (Jaringan Suara.com).

Baca Juga: Profil Kaharuddin, Koordinator BEM SI Jadi Sorotan saat Bicara soal Orba di TV

Felix pun kembali mempertegas perbedaan perlakuan ketika korban penganiayaan itu merupakan pembela Presiden Jokowi seperti Ade Armando.

Seakan menjadi anak emas, Ade Armando sampai mendapat dukungan dari elite politik, tokoh publik, pejabat hingga masyarakat luas.

Padahal, Ade Armando itu tidak lebih adalah seorang yang suka membuat kegaduhan dan memecah belah bangsa.

“Tukang cari masalah, sok tau, pandir dan besar mulut, banyak suara, buat gaduh, menyakiti orang, tapi kebal hukum tanpa proses,” ujar Ustadz Felix Siauw.

Tak hanya itu, Felix menegaskan perbincangan ini bukan soal suatu penganiayaan semata, melainkan ketidakadilan yang dipertontonkan oleh penguasa.

Baca Juga: 8 Insiden Fenomenal Saat Demo Besar Selama Tiga Tahun Terakhir, Fasilitas Rusak hingga Ade Armando Babak Belur

“Ini bukan masalah kekerasan, tapi ketidakadilan,” tegasnya.

Seperti diketahui, mantan Penyidik senior Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan sempat menjalani operasi mata.

Hal itu buntut penyerangan menggunakan air keras ke mata Novel Baswedan pada 11 April 2017 lalu. Akibatnya Novel Baswedan alami kerusakan pada kedua matanya.

Sementara itu, proses penanganannya berhenti hanya pada dua pelaku penyiraman dan belum terungkap siapa dalang di balik kejahatan itu.

Load More