Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Selasa, 29 Juni 2021 | 09:30 WIB
Sejumlah wisatawan beraktifitas di kawasan wisata religi Kesultanan Banten di Kasemen, Serang, Banten, Minggu (7/6). [ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman]
Wakil Bupati Pandeglang Tanto Warsono Arban. [Suara.com/Saepulloh]

Dalam Jurnal Trias Politika yang ditulis Winda Roselina Effendi (2018) berjudul 'Dinasti Politik Dalam Pemerintahan Lokal Studi Kasus Dinasti Kota Banten", dibeberkan ada beberapa ranah terbentuknya Dinasti Banten yakni unsur ekonomi, sosial-budaya, religus dan tentunya politik.

Langkah pertama dinasti politiknya dibangun oleh Tubagus Chasan Sochib dengan cara menempatkan Ratu Atut Chosiyah sebagai Gubernur Banten selama dua periode yang kemudian diikuti oleh anak, menantu pejabat eksekutif maupun legislatif di pemerintahan lokal.

Jika ditinjau dari akar historisnya, sebenarnya Tubagus Chasan Sochib adalah pengusaha lokal. Hanya saja, nasib baik berpihak kepadanya dengan menjalin hubungan erat dengan militer dan petinggi Golkar Banten yang dulunya merupakan penguasa lokal Banten pada zaman Orde Baru.

Tubagus Chasan Sochib juga merupakan aktor utama terbentuknya Provinsi Banten dan bertindak sebagai aktor di balik layar atas pemerintahan lokal dengan membentuk Persatuan Pendekar Persilatan dan Seni Budaya Banten Indonesia (PPPSBBI) sebagai organisasi penampung Jawara atau jagoan Banten.

Baca Juga: Abang Buzer Kritis Asal Ada Bayaran, Sebutan Denny Siregar Usai Kritik BEM UI

Membentuk Satuan Kerja Ulama (Satkar Ulama), maupun Satuan Kerja Pendekar (Satkar Pendekar) sebagai organisasi kemasyarakatan yang berpengaruh besar dalam struktur masyarakat Banten.

Calon Bupati Serang yang juga petahana, Ratu Tatu Chasanah, usai memenuhi panggilan Bawaslu Banten terkait dugaan pelanggaran kampanye, Selasa (13/10/2020). [Suara.com/Sofyan Hadi]

Dalam ranah ekonomi, Tubagus Chasan Sochib sukses merengkuh jabatan sebagai Ketua Kadin Banten, Ketua Gabungan Pengusaha Konstruksi Nasional Indonesia (Gapensindo) Banten dan Ketua Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional (LPJKN) Banten.

Jurnal Winda Roselina Effendi juga menjelaskan bagaimana dinasti trah Ratu Atut terbangun, yakni atas logika aji mumpung yang sudah didesain untuk ditempati klannya.

Masuknya keluarga dalam politik sendiri bukanlah dilakukan atas dasar sukarela seperti yang terjadi dalam kasus populism dynasties di Bantul, Kendal, maupun Indramayu, namun lebih dimaknai sebagai atas dasar kehormatan menjaga eksistensi pengaruh keluarga.

Selain itu, dinasti politik Banten juga sukses memanfaatkan saluran patrimonalisme yang dibangun oleh jawara dan ulama sebagai aktor penguasa tradisional di Banten.

Baca Juga: Soal Gelar King Of Lip Service Jokowo, Ketua MUI: Itu Tanda Mahasiswa Cerdas

Bertahannya Kekuatan Dinasti Atur

Load More