Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Kamis, 27 Mei 2021 | 11:36 WIB
Jenazah Muslim tertukar dengan jenajah keturunan Tionghoa [Terkinii.id]

SuaraBanten.id - Heboh jenazah muslim tertukar dengan jenazah Tionghoa. Jenazah muslim tersebut bahkan terlanjur dikremasi oleh keluarga tionghoa.

Jenazah muslim yang tertukar tersebut yakni Abdul Hamid (44) asal Sulawesi Selatan. Jenazah Abdul Hamid tertukar dengan jenazah warga keturunan Tionghoa bernama Sing Peng.

Kasus jenazah tertukar ini terjadi di Kota Batam, Provinsi Riau. Insiden jenazah tertukar saat keluarga membawa pulang jenazah dari Rumah Sakit Bhayangkara Kota Batam ke rumah duka, Sabtu (22/4/2021) lalu.

Peristiwa ini menjadi heboh, lantaran jenazah Abdul Hamid yang merupakan Muslim sudah terlanjur dikremasi dengan cara dibakar di krematorium Batam.

Baca Juga: Diboikot, Indomaret Jatiuwung Ramai Pembeli Padahal Ada di Pemukiman Buruh Tangerang

Abdul Hamid sebelumnya diketahui meninggal dunia karena penyakit asma. Kemudian dilakukan observasi untuk mengetahui apakah terkonfirmasi Covid-19 atau tidak.

Ketua Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Kota Batam Masrur Amin, yang juga mewakili keluarga Abdul Hamid menceritakan, setelah dilakukan test Covid-19 pertama, keluar hasil yang menyatakan Abdul Hamid negatif Covid-19.

Akan tetapi, setelah menunggu beberapa lama untuk hasil dari tim gugus tugas, keluarga merasa kesulitan prosedur untuk membawa jenazah tersebut.

Menurut Masrur, karena melihat jenazah di RS Bhayangkara Batam berbeda, pihak keluarga mempertanyakan hal tersebut kepada rumah sakit dan mengatakan bahwa jenazah tertukar.

“Saat mengetahui jenazah telah tertukar, pihak rumah sakit bergegas untuk menghubungi pihak keluarga Sing Peng,” Kata Masrur, seperti dikutip dari Terkini.id-Jaringan Suara.com.

Baca Juga: Bupati Pandeglang Tolong Benahi Jalan! Nenek 70 Tahun Ditandu Berobat ke Puskesmas

Ada beberapa hal yang menyesalkan oleh pihaknya atas apa yang terjadi. Sebab kelalaian dari pihak rumah sakit yang bisa menyebabkan tertukarnya jenazah Abdul Hamid dengan Sing Peng.

“Kami sangat menyayangkan apa yang terjadi atas kelalaian pihak rumah sakit. Namun saat ini keluarga sudah menerima dengan ikhlas apa yang terjadi menimpa jenazah Abdul Hamid. Mungkin itu takdir dari Yang Maha Kuasa,” tuturnya.

Masrur juga menjelaskan, pihaknya menghargai adanya kejujuran dari pihak rumah sakit dan institusi terkait, jadi sisa tulang dan tengkorak bisa diambil dan akan dimakamkan secara Islam.

“Kami berharap untuk pihak rumah sakit tidak mempersulit pihak keluarga dalam mengambil jenazah. kalau bisa ikutilah kode etik yang berlaku dan jangan mencoba-coba mengambil kesempatan di situasi pandemi saat ini. Sejauh ini kami belum mendiskusikan lebih lanjut apakah ada upaya hukum lainnya yang akan kita tempuh. Tuntutan kita bagaimana pihak rumah sakit membantu korban, mungkin ada sedikit perhatian dari RS Bhayangkara, namun itu tidaklah menjadi tuntutan yang mutlak,” pungkasnya.

Sementara itu Awi, sepupu Sing Peng yang mewakili keluarganya mengatakan, kejadian bermula ketika keluarga menjenguk korban ke rumah sakit. Setelah itu Sing Peng dipoto dan gambar dikirim kepada keluarganya di kampung.

“Belum sempat terkirim, HP bapak mati. Setelah itu bapak langsung menuju ke rumah duka, setelah jenazah tiba di sana. Saya juga belum sempat melihat jenazahnya, namun karena di istilah Tionghoa mayat yang bujang harus sesegera mungkin dikremasi, akhirnya jenazah tersebut dikremasi dan saya juga tidak melihat wajah abang,” katanya.

Awi menambahkan, setelah selesai dikremasi bapak pulang dan mengisi daya ponselnya, lalu mengirim foto tersebut kepada keluarganya. Namun saat melihat foto tersebut, ibu mengatakan jenazah yang difoto bukanlah jenazah keluarganya.

“Setelah itu pada pagi sesudah melaksanakan kremasi, pihak yayasan rumah duka menelpon bahwa jenazah tersebut bukanlah jenazah Sing Peng. Tidak berselang beberapa lama Pihak RS Bhayangkara Batam menghubungi dan memberitahukan bahwa jenazah Sing Peng tertukar,” ucapnya.

Awi juga mengatakan, setelah pihak rumah sakit menelpon, ia tidak bisa berbuat apa-apa karena jenazah Abdul Hamid telah dikremasi.

“Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena jenazah tersebut telah dikremasi dan abunya juga tidak bisa diambil pada malam hari tersebut. Seharusnya pihak rumah sakit telah menyerahkan jenazah dengan sesuai data yang ada, kalau sudah begini bagaimana kelanjutannya. Biasanya di sekitar tubuh mayat diberi identitas di kakinya, namun bapak tidak melihat itu ada pada jenazah tersebut,” pungkasnya.

Awi menjelaskan, kalau sudah terjadi hal seperti itu bagaimana pertanggungjawaban pihak rumah sakit. Apakah RS Bhayangkara Batam bersedia bertanggung jawab akan hal tersebut.

“Kami juga sudah mempertanyakan bagaimana nantinya tangung jawab dari pihak RS Bhayangkara Batam. Namun hingga saat ini belum ada kepastian, kami berharap abang kita bisa dimakamkan sesegera mungkin karena sudah lebih dari empat hari,” katanya.

Saat ini pihak keluarga Abdul Hamid sedang menjemput sisa jenazah untuk dikebumikan secara Islam di Tempat Pemakaman Umum Air Raja.

Sementara itu, Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Polda Kepri Dokter Novita saat dikonfirmasi enggan memberikan komentar terhadap peristiwa tersebut. “Langsung ke Kabid Humas saja biar satu pintu,” katanya.

Load More