Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Selasa, 25 Mei 2021 | 11:39 WIB
Stasiun Cisauk di Tangerang (twitter.com/Sutopo_PN)

SuaraBanten.id - Asal usul Cisauk mungkin belum banyak yang mengetahuinya. Cisauk merupakan daerah pemekaran dari Serpong.

Urban legend Cisauk atau legenda yang banyak diyakini orang banyak, Cisauk tempat buang anak jin. Dalam tulisan ini juga akan dibahas soal Stasiun Cisauk dan Bunker Cisauk.

Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang awalnya bagian dari Kecamatan Serpong yang mengalami pemekaran wilayah. Padahal dulunya tempat ini terkesan terbelakang, kumuh dan kotor. Bahkan dulunya berupa sawah dan kebun karet.

Saat ini, kawasan ini banyak diburu para investor, pencari rumah, dan juga raksasa-raksasa pemodal. Padahal dahulu Cisauk identik terkenal akan keangkerannya yang diistilahkan sebagai tempat 'jin buang anak'.

Baca Juga: Jejak Islam di Tangerang, Makam Keramat Solear hingga Mitos Monyet Liar

Dikutip dari berbagai sumber, Kecamatan Cisauk pada mulanya merupakan bagian dari Kecamatan Serpong yang mengalami pemekaran wilayah. Nama Cisauk diambil dari nama salah satu desa, Desa Cisauk, kini telah berubah status menjadi Kelurahan Cisauk.

Cisauk Point. (Dok: Adhi Commuter)

Kecamatan Cisauk saat terdiri dari lima desa dan satu kelurahan, diantaranya Desa Dandang, Desa Cibogo, Desa Suradita, Desa Sampora Desa Mekarwangi dan Kelurahan Cisauk. Batas antara kecamatan Setu dengan Kecamatan Cisauk adalah Sungai Cisadane.

Lokasinya berada di bibir BSD City merasa diuntungkan dan terus dikembangkan menjadi kota mandiri terpadu. Ada sejumlah pengembang yang telah mengembangkan kawasan tersebut, diantaranya PT Adhi Commuter Properti yang merupakan anak perusahaan dari PT Adhi Karya (Persero) Tbk.

PT Adhi Commuter Properti melakukan kolaborasi dengan PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk membangun kawasan hunian Member of LRT City yang dinamakan Cisauk Point.

Selain itu ada juga PT Hutama Anugrah Propertindo mengembangkan proyek apartemen berbasis transit oriented living (TOL) di samping stasiun Cisauk. Proyek yang dengan luas 2,7 hektare ini berintegritas dengan stasiun Cisauk.

Baca Juga: Asal Usul Nama Tigaraksa, Pusat Pemerintahan Kabupaten Tangerang

Sarah Hanan Sahara mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam skripsinya 'Pengembangan Kota Mandiri BSD dan Perubahan Sosiol'(studi kasus masyarakat desa Sampora, Kecamatan Cisauk, Kabupaten Tangerang 2019) menyebutkan, dulunya masyarakat Cisauk terutama di desa Sampora bekerja sebagai petani untuk memenuhi kehidupan sehari-harinya.

Dari sektor pertanian maupun perkebunan kondisi tanah yang cukup subur membuat masyarakat membuka lahan pertanian di sekitar rumah mereka dengan skala kecil, memanfaatkan tanah dan alat produksi
lainnya masyarakat desa Sampora membangun perekonomiannya sendiri.

Perubahan sosial masyarakat di desa itu diawali dari tahun 2010, setelah berdirinya pusat perbelanjaan di wilayah Kabupaten Tangerang. Desa Sampora masuk ke dalam wilayah Kabupaten Tangerang terkena dampak pembangunan Mall tersebut.

Selain pembangunan Mall terdapat juga pemukiman yang dikenal BSD City, yang merupakan suatu kawasan pemukiman komersial dan industri yang dahulunya dikenal sebagai kota mandiri Bumi Serpong Damai.

Dimana lokasinya antara lain terdapat di Kecamatan Serpong, Kecamatan Serpong Utara, Kecamatan Setu di Kota Tangerang Selatan dan Kecamatan Legok, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Cisauk di Kabupaten Tangerang.

Sesuai dengan Master Plan BSD City, pengembangan BSD City mencakup luas sekitar 5950 Ha. Pembangunan di BSD City terdiri dari 3 tahap yaitu Tahap I di atas lahan seluas sekitar 1800 Ha, Tahap II di atas lahan seluas sekitar 2000 Ha, dan Tahap III di atas lahan seluas sekitar 2150 Ha.

Load More