Scroll untuk membaca artikel
Rizki Nurmansyah
Rabu, 02 Desember 2020 | 13:19 WIB
Identitas diri Afriyani, TKW yang ditemukan tewas dalam koper di Mekkah, Arab Saudi. [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

SuaraBanten.id - Kematian Afriyani, mayat di dalam koper di Mekkah, meninggalkan duka mendalam bagi keluarga.

Kedua orang tuanya hingga kini masih tak menyangka putrinya telah meninggal dunia di Tanah Suci.

Afriyani adalah anak pasangan Badri dan Umiyati, warga Kampung Bakung, Desa Bakung, RT03/01, Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang.

Saat ditemui SuaraBanten.id di kediamannya, Umiyati mengaku tidak percaya anak bungsunya meninggal dengan kondisi tragis.

Baca Juga: Mayat Dalam Koper di Mekkah, Afryani Dipulangkan ke Kronjo Tangerang

"Sampai sekarang saya belum percaya anak saya itu meninggal dengan kondisi seperti itu. Saya mendapat kabar meninggalnya dari adik dan ditunjukkan kondisi, saya enggak percaya," ujarnya di lokasi, Rabu (2/12/2020).

Umiyati mendapat kabar putrinya meninggal, Senin (30/11/2020) lalu.

Namun, dia enggak percaya karena pada hari Kamis (26/11/2020), putrinya sempat mendatanginya di dalam mimpi.

"Hari Kamis di malam Jumat, saya gelisah tidur. Perasaan saya Afriyani datang langsung nemuin saya mengatakan, ‘Emak aku enggak pengen pulang masih ingin di sini'," ucapnya sambil menirukan perkataan anaknya itu.

"Kemudian dia juga tanya saya, ‘Afriyani melihat emak kenapa sekarang kurusan, emak sehat-sehat kan?’. Dari situ saya langsung kebangun dan mengucap istighfar," lanjutnya.

Baca Juga: 6 Fakta Baru Penemuan Mayat WNI dalam Koper di Mekah

Umiyati, menunjukkan identitas diri putrinya, Afriyani, TKW yang ditemukan tewas dalam koper di Mekkah, Arab Saudi saat ditemui di rumah duka Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Rabu (2/12/2020). [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

Diketahui, Afriyani ditemukan tewas terbungkus dalam sebuah koper besar di Kota Suci Mekkah, Arab Saudi. Tepatnya di dekat jalan lingkar keempat, Minggu (29/11/2020).

Jasad tersebut pertama kali ditemukan di dalam sebuah koper besar oleh seorang warga yang sedang berjalan-jalan di sekitar tempat kejadian. Mayat beserta kopernya ditemukan tertinggal di pinggir jalan.

Umiyati menjelaskan putrinya berangkat ke Arab Saudi sekitar minggu pertama Januari 2020.

Dia menuturkan, putrinya juga berpamitan kepadanya saat hendak berangkat.

"Sebelum berangkat itu saya membantunya mengurus paspornya di Jakarta. Tiga bulan sebelumnya itu dia mengikuti pelatihan gitu di penampungan," paparnya.

"Makanya saya kaget dan nanya sama anak kenapa cepat pelatihannya. Dia cuma jawab dari pihak sponsor di Jakarta itu yang menyuruhnya untuk cepat berangkat dan mengurus paspor," lanjutnya.

Saat itu, Umiyati mengaku tidak memiliki firasat buruk apapun tentang putrinya. Menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) luar negeri juga karena niatnya ingin membantu ekonomi keluarga.

"Awalnya saya sempat melarang karena dia masih di bawah umur. Tapi dia tetap ingin pergi melihat temannya sudah sukses katanya di sana," tandasnya.

"Saya pun sempat dikasih uang Rp 200 ribu dari putri saya. Dia dikasih uang Rp 3 juta dari sponsor untuk mengurus paspor," lanjutnya.

Ilustrasi mayat dalam koper. (Suara.com/Agus H)

Umiyati menuturkan putrinya mengetahui perusahaan sponsor tersebut dari temannya yang juga seorang TKI di Arab Saudi. Karena itu Afriyani memutuskan ingin mengikuti temannya itu.

"Anak saya bisa berangkat dan tahu perusahaan sponsor di Jakarta itu karena temannya yang juga TKI. Sebelum itu anak saya itu bekerja tapi berhenti karena mau ikut jadi TKI," ungkapnya.

Sejak itu, Umiyati mau tak mau merelakan putrinya pergi ke luar negeri menjadi TKI.

Dia pun sempat menasihati anaknya untuk berhati-hati di negeri seberang.

"Saya sempat pesan sama dia kalau sudah kerja di sana yang nurut sama bos. Kerja baik-baik saja, hati-hati dan jangan tinggalkan salat," paparnya.

Kini Umiyati hanya berharap jenazah anaknya dipulangkan ke rumahnya untuk disemayamkan.

"Kalau memang sudah meninggal jenazahnya kalau boleh dibawa ke sini. Sampai sekarang saya juga belum mendapat kejelasan, makanya sebenarnya masih tidak percaya," imbuhnya.

Rajin Ibadah

Umiyati menyebut sosok putrinya merupakan anak yang penurut dan baik kepada teman-temannya.

"Dia itu selain berbakti kepada orang tuanya, juga baik hati sama teman-temannya. Orangnya tuh royal dan enggak perhitungan sama teman apalagi saya emaknya," ucapnya.

Umiyati melanjutkan, selama bersekolah di Yayasan Nurul Ihsan Kresek (SMU) hingga menamatkan tahun 2018, Afriyani sering mengajak temannya ke rumah.

"Dari sekolah sampai lulus, teman-temannya sering diajak ke rumah untuk sekadar makan dan ngobrol. Makan di sini juga seadanya saja," paparnya.

Selain itu, Umiyati menyebutkan, putrinya juga hampir tidak pernah meninggalkan salat lima waktu. Bahkan tidak pernah membentak kedua orang tuanya.

"Salat lima waktunya rajin. Dia juga enggak pernah gitu membentak saya sama bapaknya. Bahkan untuk ngomongin orang atau temannya itu enggak suka," sebutnya.

Karena hal itu, Umiyati merasa heran jika putrinya dikabarkan meninggal karena sakit dan dimasukkan kedalam koper.

"Mendengar kabar yang katanya viral anak saya meninggal sakit dimasukkan ke dalam koper sama temannya enggak percaya. Dia tuh orangnya baik banget sama temannya," ungkapnya sambil menitikan air mata.

Umiyati menuturkan, komunikasi terakhir dengan putrinya hanya dua kali setelah berangkat ke Arab Saudi, yakni di bulan Februari dan Juli.

Afriyani menghubungi pamannya melalui sambungan telepon rumah untuk berbicara dengan Umiyati.

"Terakhir itu saat Lebaran haji bulan Juli, adik saya dapat telepon dari Afriyani. Saya ngobrol lumayan lama dari nanya kabar sampai kegiatan dia disana," tuturnya.

"Yang saya ingat, anak saya cerita kerja di Arab enak. Majikannya baik hati, terus cerita juga rumah majikannya besar dengan tiga tingkat. Disitu saya bersyukur saja kondisi anak saya baik-baik saja," lanjutnya.

Sejak saat itu, Umiyati mengaku tidak pernah berkomunikasi lagi dengan Afriyani. Hingga Senin (30/11/2020), lalu mendapat kabar Afriyani meninggal dunia.

Paman Afriyani, Wadudin mengaku juga tidak menyangka ponakannya meninggal dunia dalam kondisi yang tragis. Menurutnya, Afriyani adalah sosok yang penurut.

"Saya sampai sekarang juga enggak menyangka sebenarnya dia meninggal dengan keadaan begitu. Afriyani itu orangnya penurut, enggak pernah membantah, termasuk sama saya," sebutnya di lokasi.

Wadudin berharap, jenazah Afriyani bisa segera dipulangkan ke Indonesia. Kemudian, kata dia, untuk perusahaan sponsor yang memberangkatkan ponakannya harus bertanggung jawab.

"Sampai sekarang perusahaan sponsor itu sama sekali tidak pernah datang ke sini untuk bertanggung jawab," tuturnya.

Sementara itu, Badri, ayah Afriyani, tidak bisa berkata banyak terkait putrinya telah meninggal.

Dia lebih banyak menangis mendengar kabar tersebut.

"Saya cuma berharap dia ada di sini, kalau memang sudah tidak ada," paparnya sambil sesenggukan.

Sakit Stroke

Badri sudah lama mengidap penyakit stroke. Akibat itu dia pun juga sudah tidak bisa mengais rezeki untuk keluarganya.

Hal itu pun diungkapkan Umiyati yang menceritakan suaminya sudah lama mengalami stroke.

"Sudah lama bapak stroke. Jalan pun jadi agak susah. Jadi tidak bisa bekerja lagi cari uang. Makanya Afriyani sejak lulus sekolah langsung kerja cari uang," papaparnya.

Rumah duka Afriyani, TKW yang ditemukan tewas dalam koper di Mekkah, Arab Saudi, berada di Kecamatan Kronjo, Kabupaten Tangerang, Rabu (2/12/2020). [Suara.com/Ridsha Vimanda Nasution]

Pemulangan Jenazah

Kepala Badan Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI), Benny Rhamdani menyebut semula ketika korban berada di Arab Saudi ia menderita sakit hingga meninggal dunia.

Namun, rekannya itu malah menggeletakkan koper berisi jenazah korban di pinggir jalan.

Lalu terungkap isi koper itu mayat Afriyani sampai mengundang warga dan aparat otoritas Arab Saudi.

Saat ini, kata Benny, proses pemulangan jenazah korban sedang diurus oleh KBRI untuk Arab Saudi.

"Pihak Kedutaan sedang mengurus proses pemulangan pekerja migran asal Kronjo Tangerang yang meninggal," ujarnya kepada wartawan melalui pesan singkat, Selasa (1/12/2020).

Kontributor : Ridsha Vimanda Nasution

Load More