Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Sabtu, 04 Januari 2020 | 13:52 WIB
Kapal Nelayan di Kawasan Pandeglang bersandar di dermaga. Banyak nelayan memilih tak melaut pada musim angin barat seperti saat ini. [Suara.com/Saepulloh]

SuaraBanten.id - Cuaca buruk saat musim barat hingga gelombang tinggi membuat ribuan nelayan di Kabupaten Pandeglang, Banten memilih tidak melaut. Akibatnya mereka banyak yang menganggur, bahkan beralih profesi saat musim barat menerjang pesisir pantai Kabupaten tersebut.

Tak hanya kondisi cuaca, para nelayan juga mengaku masih takut dengan beredarnya isu yang mengatakan adanya badai besar yang bakal menghantam Perairan Selat Sunda.

Seorang seorang nelayan di Kecamatan Labuan Mujib mengemukakan, saat gelombang tinggi dan cuaca buruk seperti saat ini, membuatnya terpaksa harus menyandarkan perahunya.

"Kalau Perahunya enggak babang (pergi) ke Kronjo atau ke Muara Angke ya kita nganggur disini. Kalau lagi gelombang ya benar," katanya saat di Temui di Muara Labuan, Sabtu (4/1/2020).

Baca Juga: Kapal Nelayan Diganggu China di Laut Natuna, Sejumlah Menteri Rapat

Mujib menyebutkan, ada sekitar 3.000 warga Kecamatan Labuan yang bekerja sebagai nelayan. Mujib mengaku tidak ada pekerjaan lain selain nelayan. Sementara ada juga nelayan lain yang beralih profesi, selama mereka tidak bisa melaut.

"Kalau punya motor paling ngojek. Kalau enggak punya, ya paling diam saja di rumah," katanya.

Sementara itu di Kecamatan Sumur, ribuan nelayan juga memilih tak melaut. Seorang nelayan di Kecamatan Sumur, Eman, saat musim barat seperti ini mayoritas nelayan mengisi waktunya untuk memancing di daerah pesisir dan beralih mencari pekerjaan baru ke kota.

"Kalau lagi enggak bisa melaut paling ngejaring sama mancing-mancing di sini (di pinggir), ada juga yang ke kota kerja di proyek itu pun kalau ada yang bisa. Kalau punya ijazah kerja ke mana," katanya.

Kondisi serupa juga terjadi pada nelayan di Kecamatan Panimbang. Saat ini, mayoritas nelayan sudah lama tak melaut karena takut musim barat.

Baca Juga: Gelar Istigasah Tahun Baru, Warga Pandeglang Minta Dijauhkan dari Bencana

"Sebagian ada yang melaut, tapi mayoritas sudah tidak melaut akibat cuaca yang kurang bersahabat diakibatkan musim barat sedang berlangsung," kata seorang nelayan asal Panimbang Oka.

Diakuinya, terhentinya aktivitas melaut sangat berpengaruh terhadap perputaran perekonomian di wilayah Panimbang. Akhirnya, para nelayan memilih keluar daerah selama tak bisa melaut.

"Sebagian nelayan ada yang ke daerah lain, seperti Lampung dan Bangka, untuk sebagian yang masih tinggal di Panimbang mereka mengais rezeki dengan cara bekerja serabutan," katanya.

Sementara itu, Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Pandeglang mengemukakan, menjelang tahun baru, nelayan di Pandeglang sudah tak melaut karena beberapa faktor, diantaranya, karena cuaca buruk, sengaja memilih berlibur dan takut isu badai besar yang bakal menghantam perairan Selat Sunda jelang tahun baru.

"Dari sebelum tahun baru udah enggak melaut karena cuaca buruk, terus ada isu itu, badai kemarin itu," terang Ketua HSNI Pandeglang Abdul Azis di konfirmasi terpisah.

Tak hanya faktor alam, HNSI juga menjelaskan, ada sebagian nelayan di Pandeglang yang tidak melaut karena alat tangkapan mereka rusak lantaran belum diperbaiki setelah dipakai dan juga sudah tidak layak.

"Faktor lain karena alat tangkap mereka rusak, jadi terkendala saat melaut, (penyebab rusaknya) setelah dipakai, dan mungkin sudah lama dan tidak layak jadi hasilnya nihil," katanya.

Saat cuaca tak bersahabat, HNSI mengaku tidak bisa berbuat banyak untuk membantu perekonomian para nelayan, tetapi pihaknya selalu mengimbau kepada para nelayan supaya membuat kelompok dan bergabung dengan koperasi, agar mendapatkan bantuan dari pemerintah.

"Kita dalam hal ini memang belum bisa berbuat banyak, cuman kita arahkan agar nelayan membuat kelompok nelayan dan bergabung dengan koperasi agar mendapatkan program dan bantuan dari pemerintah," katanya.

Kontributor : Saepulloh

Load More