Scroll untuk membaca artikel
Chandra Iswinarno
Selasa, 31 Desember 2019 | 14:09 WIB
Seorang pedagang ikan TPI 3 Labuan Apriani. [Suara.com/Saepulloh]

"Kalau gambaran sebelum bencana, kita bicara tahun 2017 saja. Karena 2018 itu kan bencana. Kita merasa pengunjung terutama pesanan untuk dibawa oleh-oleh, untuk makan di situ, untuk bakar-bakar di hotel terutama otak-otak, itu kita kirim ke hotel-hotel yang ada di Carita sampai Anyer lumayan tinggi," katanya.

Hal berkebalikan terjadi di tahun ini. Ia mengatakan, berdasarkan data yang masuk ke manajemen, pesanan dari hotel-hotel baik otak-otak dan ikan bakar untuk para tamu nyaris tak ada.

"Pesanan di hotel yang masuk ke pihak manajemen tidak ada," ujarnya.

Awalnya Akew merasa gembira saat liburan Natal selama dua hari kemarin, lantaran jumlah pembelian cukup banyak. Kala itu, dia mengaku optimis jika pengunjung mulai berdatangan ke wilayah Carita. Sayangnya, setelah Gunung Anak Krakatau erupsi, pengunjung kembali sepi.

Baca Juga: Jelang Tahun Baru, Kondisi Daerah Wisata di Anyer dan Carita Aman

Rasa pesimis pun menghinggapinya di tahun baru kali ini. Lantaran tidak banyak wisatawan berkunjung ke wilayah Carita dan sekitarnya, Karena itulah, ia memilih tidak banyak mencadangkan ikan. Ia menyebutkan, saat ramai ikan yang terjual itu mencapai kuintal bahkan lebih, sementara saat ini paling banyak sekitar 50 kilogram berbagai macam ikan.

"Paling kita siap-siap menghadapi kesepian saat liburan tahun baru," ungkap Akew kembali mengeluh.

Dengan kondisi tersebut, rumah makan ini terancam merugi, selain sudah menyetok barang datang, termasuk menambah jumlah karyawan. Dengan demikian, ia berharap kepada pemerintah daerah untuk memberikan keringanan soal pajak.

"Kalau kerugian kita udah pasti. Karena kita sudah stok barang. Mungkin pekerja juga kita tambah untuk Natal dan tahun baru. Tapi nyatanya pengunjung tidak ada," katanya.

Kontributor : Saepulloh

Baca Juga: Setahun Usai Tsunami, Umat Kristen di Carita Sambut Suka Cita Rayakan Natal

Load More