Tentang Jusuf Kalla Soal Perbandingan Muslim dan Nonmuslim Kaya, Uki: Ini Tak Berfaedah

Kata Uki, soal perbandingan jumlah muslim dan nonmuslim yang kaya menurutnya tidak berfaedah dan tidak penting.

Hairul Alwan
Kamis, 21 Oktober 2021 | 09:21 WIB
Tentang Jusuf Kalla Soal Perbandingan Muslim dan Nonmuslim Kaya, Uki: Ini Tak Berfaedah
Jusuf Kalla (Istimewa)

SuaraBanten.id - Pernyataan Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla atau JK belum lama ini soal perbandingan muslim dan nonmuslim kaya tampaknya menjadi sorotan publik.

Mendengar pernyataan JK, Direktur Centre For Youth and Research, Dedek Prayudi alias Uki angkat suara dan mempunyai pandangan tersendiri.

Kata Uki, soal perbandingan jumlah muslim dan nonmuslim yang kaya menurutnya tidak berfaedah dan tidak penting.

Menurut Uki, hal yang penting bukanlah apa agama orang kaya, melainkan bagaimana agar orang miskin dapat naik menjadi kategori kelas menengah.

Baca Juga:Viral Cowok Galau Pacaran Beda Agama, Keputusan Akhirnya Bikin Publik Emosi

“Sayang pak JK tidak menyebut sumber data. Kalaupun memang benar, statement ini tak berfaedah,” katanya melalui akun Twitter @Uki23 pada Rabu (20/10/2021).

“Tidak penting agama si kaya. Yang penting adalah bagaimana si miskin menjadi kelas menengah,” lanjutnya.

Sebelumnya, Jusuf Kalla menyatakan bahwa dari sepuluh orang kaya di Indonesia, hanya terdapat satu yang beragama Islam.

Hal itu ia sampaikan dalam Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW yang digelar di Masjid Istiqlal dan disiarkan secara virtual Selasa, 19 Oktober 2021.

“Lihat saja kalau ada 10 orang kaya di Indonesia paling tinggi satu yang muslim yang lainnya nonmuslim,” kata JK.

Baca Juga:Suara Azan Jadi Sorotan Media Asing, JK Akui Banyak Speaker Masjid di Indonesia Buruk

“Kalau ada 100 orang miskin, saya kira 90 persen yang miskin itu umat Islam,” tambahnya.

Menurut Ketua Dewan Masjid Indonesia tersebut, hal ini merupakan dampak dari ekonomi umat yang tidak maju.

Persoalan ini, menurutnya, juga menjadi satu-satunya kekurangan dari kegiatan ekonomi di Indonesia.

Oleh sebab itu, JK menilai bahwa pemerintah harus memajukan ekonomi nasional sekaligus tidak boleh menutup diri dari ekonomi syariah.

Pada kesempatan tersebut, ia juga berulang kali mengingatkan agar tidak memaknai ekonomi syariah secara sempit.

Menurut JK, semua kegiatan ekonomi yang tidak haram berarti halal dan semua ekonomi yang halal berarti ekonomi syariah.

“Sama dengan pusat industri halal, ya semuanya halal, mau industri minum, mau industri baju, industri tekstil, industri mesin semua syariah, jangan bapak tutupi ekonomi ini dengan keterbatasan, karena semua syariah,” ujarJusuf Kalla.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini