SuaraBanten.id - Miris, siswi SMP di Cikulur Lebak depresi gegera tak punya handphone. Ira Amelia (13) putri Uminah warga Kampung Cikalung, Desa Muaradua, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak.
Putri Uminah, Ira Amelia depresi. Ira Amelia sering melamun sendirian. Ira Amelia depresi gegara tak punya handphone, selain itu Ira Amelia mengeluarkan busa dari mulut.
Ibu remaja berusia belasan tahun itu sedang dirudung pilu. Bagaimana tidak, anak kesayangannya Ira Amelia (13) mengalami depresi.
Gadis cantik yang duduk dibangku SMP itu kerap melamun sendiri lantaran tak punya Handphone alias gadget untuk mengikuti proses belajar online.
Baca Juga:Terseret Ombak Pantai Sawarna, Nanda Ditemukan Tewas Setelah Tiga Hari Hilang
“Ketahuan saat bulan puasa kemarin, sudah mulai melamun sendiri, tidak mau makan dan minum dan sulit diajak komunikasi,” kata Jaenal Abidin guru SMP Riyadul Fatonah yang turut mendampingi Ira ke Puskesmas Cikulur, Selasa (25/5/2021).
Berdasarkan informasi dari keluarganya, kata Abidin, gejala depresi yang dialami siswa kelas VII tersebut juga kerap marah saat melihat orang kumpul.
Yang terbaru, kata Jaenal, Ira mengeluarkan busa dari mulutnya sehingga harus dibawa ke Puskesmas. Ira anak pertama dari tiga bersaudara diduga mengalami depresi lantaran tidak memiliki handphone. Ini diketahui setelah dia kerap mengungkapkan keinginannya punya handphone ke teman-temannya.
“Khawatir semakin parah (depresinya) maka Ira dibawa ke Puskemas guna mendapat perawatan medis. Kita berharap murid saya ini bisa kembali sehat sediakala dan bisa sekolah lagi,” ujar Abidin.
Pandemi Covid-19, yang berkepanjangan rupanya membuat keluarga Uminah tak kuasa dalam menyukupi kebutuhan hidup apalagi harus membelikan handphone untuk anaknya bersekolah daring.
Baca Juga:Parah! Oknum Guru SMP di Mauk Tangerang Sunat Dana Bantuan KIP
Sebab, penghasilan yang didapatnya bersama suaminya (ayah tiri Ira) sebagai serabutan hanya bisa mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari.
Karenanya, di tengah kesulitannya saat ini Uminah hanya bisa pasrah dan berdoa agar anaknya yang tadinya sehat bisa kembali sehat seperti umumnya. Begitupun, untuk kebutuhan sekolahnya secara daring ia mengaku belum bisa berbuat apa-apa.
Uminah bersama suami dan Ira tinggal di sebuah rumah panggung terbuat dari anyaman bilik. Tak heran, ia tidak bisa memberikan yang terbaik bagi anaknya kesayangannya tersebut.
“Sejak covid ingin punya handphone, hanya saja tidak berani bilang, karena tinggal sama orang tua, bapaknya tiri. Jadi gak berani bilang, ditahan, mungkin sekarang puncak dari ditahan berbulan-bulan, jadinya depresi,” tandasnya.
Sementara orang tua Ira, Uminah, berharap anaknya bisa kembali sembuh seperti sebelumnya. Kata dia, biasanya Ira adalah anak yang ceria, namun tiba-tiba murung dan menutup diri sejak sebelum lebaran.
“Sudah dibawa ke Puskesmas, dicek kondisinya, karena tidak mau makan dan minum, menutup diri terus di kamar,” kata Uminah.