SuaraBanten.id - Sejarah dan Asal Usul Serang, Daerah Sentral Pertanian Terkikis Industri
Mungkin banyak diantara kita belum mengetahui sejarah dan asal usul Serang. Daerah sentral pertanian kini terkikis insdustri.
Sejarah Serang tak lepas dari daerah sentral pertanian. Serang sentral pertanian pada zaman dahulu namun kini lahan pertanian sudah banyak terkikis.
Sejarah terbentuknya Kabupaten Serang, Banten. Dari masa ke masa, Serang terus berkembang seiring perkembangan zaman hingga akhirnya menjadi dua wilayah yakni Kabupaten Serang, dan Kota Serang yang kini menjadi Ibukota Povinsi Banten.
Baca Juga:Daftar Rumah Sakit Layani Rapid Tes Antigen di Kota Tangerang
Sejak Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi Banten, yang menetapkan Serang sebagai ibu kota bagi provinsi yang baru dibentuk. Selanjutnya, kota ini resmi berdiri melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kota Serang di Provinsi Banten, yang disahkan pada tanggal 10 Agustus 2007.
Seiring perkembangan zaman, dengan berkembangnya industrialisasi, wilayah persawahan yang dulunya membentang seantera hingga melewati batas wilayah, kini makin terkikis dan hanya meninggalkan sisa-sisa kekayaan peninggalan masa lalu. Sebab kini beberapa Kecamatan di Kabupaten maupun Kota Serang sudah dipenuhi pabrik.
Sebagai bagian dari Provinsi Banten, Serang juga terkenal sebagai daerah yang menghasilkan banyak jawara. Banyak padepokan-padepokan seperti silat, sebagai salah satu kekayaan bangsa, yang sampai sekarang masih hadir dalam memberikan warna kebudayaan di daerah Serang khususnya, Banten dan Indonesia pada umumnya.
Terbentuknya pemerintahan Kabupaten Serang tidak terlepas dari sejarah massa Kesultanan Banten. Perubahan pemerintahan itu telah berlangsung lama sejak abad 18 yaitu sejak masa Kesultanan kemudian masa Kolonial Hindia Belanda, Pendudukan Jepang, hingga masa kemerdekaan.
Sebelumnya Banten Girang dipilih sebagai pusat pemerintahnya, tetapi karena letaknya di pedalaman, pusat pemerintahan dipindahkan ke Keraton Surosowan, Serang.
Baca Juga:Sejarah Kabupaten Lebak Berdiri, Dulu Berjuluk Jagat Kidul Banten
Dikutip dari tulisan Lintasan Sejarah Pemerintahan Kabupaten Serang abad ke XVI yang ditulis oleh Euis Thresnawaty dari Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Bandung, sebelum pusat pemerintahan Kesultanan Banten di Banten Girang.
Tetapi karena letaknya di pedalaman, akhirnya pusat pemerintahan dipindahkan ke Keraton Surosowan, Serang. Dipilihnya Surosowan atau Serang sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Serang, karena lokasi ini sangat strategis bagi komunikasi antara Priangan, Batavia (Jakarta) dan wilayah Pulau Sumatra.
Selain itu, Serang merupakan tempat yang nyaman bagi peristirahatan serta memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi karena memiliki pelabuhan besar Merak, serta kekayaan sumber alam, khususnya bidang industri.
Sementara dilansir dari situs Kementerian Pendidikan dan kebudayaan yang ditulis oleh BPCB Banten, menyebutkan ada beberapa pendapat tentang asal usul kata Serang. Pendapat pertama Serang berasal dari bahasa Sunda yang artinya sawah.
Berdasarkan catatan sejarah saat itu setelah pusat pemerintahan Kesultanan Banten yang dipimpin Maulana Yusuf yang kedua (1570 – 1580) berada di Banten Lama letaknya di Teluk Banten, Serang merupakan wilayah persawahan.
Sebab saat itu memang Maulana Yusuf gencar mendorong masyarakat untuk membuka lahan baru untuk persawahan. Untuk mendukung kebutuhan air untuk sawah-sawah yang baru di buka, Maulana Yusuf membuat membangun danau buatan yang dinamakan Tasik Ardi.
Air danau Tasik Ardi berasal dari sungai Cibanten melalui saluran khusus ke danau, kemudian airnya dialirkan ke daerah-daerah persawahan di sekitar danau. Program yang digagas Maulana Yusuf terbilang berhasil sehingga Serang menjadi sentra penanaman padi pada masa Kesultanan Banten.
Pendapat lain tentang asal kata “serang” adalah berasal dari bahasa Jawa Banten, yakni “se-erang” yang berarti sekelompok atau seikat. Kata “se-erang” dilatarbelakangi oleh pemukiman awal di kota Serang yang mengelompok.
Satu pemukiman dengan pemukiman lainnya saling mengelompok yang masing-masing terdiri dari puluhan rumah. Awal mula pemukiman di kota Serang adalah Kampung Sayabulu yang terletak di sisi selatan kampung Kaujon, yang dahulu dikenal sebagai pusat pemukiman di Kota Serang.
Sejarah Terbentuknya Pemerintah Kabupaten Serang
Dilansir dari situs Pemkab Serang pada waktu Kesultanan Banten di pimpinan Sultan Ageng Tirtayasa sering terjadi bentrokan dan peperangan dengan para Kompeni Belanda yang pada waktu itu telah berkuasa di Jakarta. Dengan cara Politik Adu Domba (Devide Et Impera) terutama dilakukan antara Sultan Ageng Tirtayasa yang anti Kompeni dengan puteranya Sultan Abdul Kahar (Sultan Haji) yang pro Kompeni Belanda dapat melumpuhkan kekuasaan Sultan Ageng Tirtayasa.
Sultan Ageng Tirtayasa akhirnya tidak berdaya dan menyingkir ke pedalaman, namun dengan bujukan Sultan Haji, Sultan Ageng Tirtayasa dapat ditangkap kemudian ditahan dan dipenjarakan di Batavia hingga wafatnya pada tahun 1692. Namun sekalipun Sultan Ageng Tirtayasa sudah wafat, perjuangan melawan Belanda terus berkobar dan dilanjutkan oleh pengikutnya yang setia dengan gigih dan pantang menyerah.
Sejak wafatnya Sultan Ageng Tirtayasa, maka kesultanan Banten mulai mundur (suram), karena para Sultan berikutnya sudah mulai terpengaruh oleh kompeni Belanda sehingga pemerintahannya mulai labil dan lemah. Pada tahun 1816 Kompeni Belanda dibawah pimpinan Gubernur Vander Ca pellen datang ke Banten dan mengambil alih kekuasaan Banten dari Sultan Muhammad Rafiudin.
Belanda membagi wilayah menjadi tiga bagian/negeri yaitu Serang, Lebak dan Caringin dengan kepala negerinya disebut Regent (Bupati), sebagai Bupati pertama untuk Serang diangkat Pangeran Aria Adi Santika dengan pusat pemerintahannya tetap bertempat di keraton Kaibon.
Pada tanggal 3 Maret 1942, Tentara Jepang masuk ke Daerah Serang melalui Pulau Tarahan dipantai Bojonegara. Jepang mengambil alih Karesidenan yang pada waktu itu dikuasai oleh Belanda, sedangkan Bupatinya tetap dari pribumi yaitu RM Jayadiningkrat. Kekuasaan Jepang berjalan selama kurang lebih tiga setengah tahun.
Setelah tanggal 17 Agustus 1945, kekuasaan Karesidenan beralih dari tangan Jepang kepada Republik Indonesia dan sebagai Residennya adalah K.H. Tb. Achmad Chatib serta sebagai Bupati Serang adalah KH. Syam’un, sedangkan untuk jabatan Wedana dan Camat-camat banyak diangkat dari para Tokoh Ulama.
Dengan datangnya Tentara Belanda ke Indonesia yang menimbulkan argresi ke I sekitar tahun 1964/1947. Daerah Banten/Serang menjadi Daerah Blokade yang dapat bertahan dari masuknya serbuan Belanda, dan putus hubungan dengan Pemerintah Pusat yang pada saat itu di Yogyakarta, sehingga daerah Banten dengan ijin Pemerintah Pusat mencetak uang sendiri yaitu Oeang Republik Indonesia Daerah Banten yang dikenal dengan ORIDAB.
Pada tanggal 19 Desember 1948 pada waktu itu terjadi Agresi II. Serdadu Belanda dapat memasuki daerah Serang untuk selama satu tahun dan setelah KMD Tahun 1949, Belanda meninggalkan kembali Serang, yang selanjutnya Daerah Serang menjadi salah satu Daerah Kabupaten di Wilayah Propinsi Jawa Barat.
Berdasarkan peraturan daerah kabupaten tingkat II Serang nomor 17 Tahun 1985 tentang Hari Jadi Kabupaten Serang, disebutkan Hari Jadi Kabupaten Serang ditetapkan pada tanggal 8 Oktober Tahun 1526 M.
Sejak adanya Jabatan Regent atau Bupati pada Tahun 1826 sampai sekarang, telah terjadi beberapa kali pergantian Bupati. Berikut daftarnya:
- Pangeran Mudzafar Adi Santika (1816-1827).
- Agoes Rajak R. A Djajakusumaningrat (1827 -1840)
- R. T. Mandoera Djajanegara (1840-1848)
- R. T. Basudin Tjandranegara (1848 -1870)
- R. T. Pandji Gondokoesoemo (1870-1888)
- R. T. Soetadiningrat Murwan (1888- 1893)
- R. T. Bagus Djaja (1893-1898)
- R. Ariadjajaatmadja (1898-1901)
- R. A. Achmad Djajadiningrat (1901-1904)
- R. T. Prawiro Koesoeman (1904 -1931)
- R. A. A. Abas Soerianata Atmadja (1931-1935)
- R. A. A. Hilman Djajadiningrat (1935- 1945)
- Kol. K.H.Syam'un (1945-1949)
- Mas Padmadidjaja (1949-1950)
- Entol Oyong Tarnaya (1950-1955)
- Mas Adjenam Bin Mas Basa (1955-1957)
- M. Sirlan Sutawidjaya (1957-1959)
- R. Bidin Suria Gunawan(Penjabat) (1959-1960)
- M.H Gogo Rafiudin Sandjadirdja (1960- 1962)
- Letkol.TB. Suwandi (1962-1968)
- Letkol. H.Tb. Saparudin (1968-1974)
- H. S. Ronggowaluyo (Penjabat) (1974-1975)
- Letkol. H.Tb. Saparudin (1975-1978)
- Drs.Kartika Suryasaputra (1978-1978)
- Letkol.Atmawidjaya 1978 1983
- H.Tjakra Sumarna 1983 1988
- H.MA. Sampurna 1988 1993
- Kolonel H.Sukron Roshadi 1993 1998
- Kolonel Inf. Solichin Dachlan 1998 1999
- Mayjen TNI (Purn)R. Nuriana (Penjabat) 1999-1999
- Drs. H.Rosadi Natawisastra (1999-2000)
- Drs. H.Bunyamin, (April 2000-2005)
- Drs.A. Rivai M.Si (Penjabat) 20 April 2005.
- Letkol Inf (Purn) Drs.H. A. Taufik Nuriman (2005-2010) (2010-2015).
- Hudaya Latuconsina (Penjabat) (2015 -2016)
- Ratu Tatu Chasanah (2016-2021) 2021-2026).
Sejak dibentuk pada tahun 2007 kota Serang sudah beberapa mengalami pergantian kepemimpinan yang awal di jabat oleh pejabat sementara. Berikut daftarnya:
- Asmudji HW (Penjabat Sementara) ( 2007-2008 )
- M. Bunyamin (2008 -2011)
- Walkot Serang Tb. Haerul Jaman (2011-2013) (2013-2018).
- H. Syafrudin (2018-2023).
Kontributor : Saepulloh