Atas dasar dan fakta-fakta tersebut:
- Pada tahun 1828: Pandeglang sudah merupakan Pusat Pemerintahan Distrik;
- Pada tahun 1874: Pandeglang merupakan Kabupaten;
- Pada tahun 1882: Pandeglang merupakan Kabupaten dan Distrik Kewedanaan;
- Pada tahun 1925: Kabupaten Pandeglang telah berdiri sendiri.
Dari keempat kesimpulan itu atas kesepakatan bersama kita telah menentukan 1 April 1874 sebagai Hari Jadi Kota Kabupaten Pandeglang.
Mitos dan Asal Usul Pandeglang
Asal usul penyebutan nama Pandeglang memang banyak versi, dilansir dari laman Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Provinsi Banten.
Baca Juga:Oknum Ngaku Anggota Polda Banten dan Ancam Tembak Pemotor di SPBU Dibekuk
Pertama, nama Pandeglang sendiri diambil dari cerita pembuatan gelang yang dibuat oleh pande besi. Material gelang tersebut, diambil dari potongan bagian belakang meriam Ki Amuk yang dilebur menjadi lima pasang gelang.
Latar belakang dipotongnya bagian belakang meriam Ki Amuk yang materialnya dijadikan gelang, karena meriam besar yang berada di Banten Lama, bekas pusat pemerintahan Kesultanan Banten tersebut, awalnya memiliki bentuk yang hampir sama dengan meriam Ki Jagur.
Menurut cerita, sama seperti meriam Ki Jagur yang kini berada di Museum Fatahillah Jakarta, pada bagian pangkal atau belakang meriam Ki Amuk memiliki bentuk jari tangan, yang ibu jarinya diselipkan diantara jari telunjuk dan jari tengah.
Bentuk tersebut, umumnya disimbolkan sebagai bentuk senggama. Sebab, dianggap kurang etis bagi masyakarat di lingkungan Kesultanan Banten yang Islami, maka muncul cerita rakyat akan pembuatan gelang tersebut oleh pande besi yang bernama Ki Buyut Papak yang tinggalnya sekitar 30 Km arah selatan Banten Lama.
Dalam versi kedua ini, menceritakan kisah seorang putri kerajaan yang bersedih karena dilamar orang seorang pangeran tampan dan sakti, namun berprilaku jahat. Putri kerajaan yang bernama Putri Arum ingin menolak lamaran dari pangeran tampan yang bernama Pangeran Cunihin.
Baca Juga:Gegara Posting Ibu Hamil Ditandu, DPRD Kecam Tindakan Dinkes Pandeglang
Putri kerajaan ingin menolak, namun pengeran Cunihin itu mengancam akan menghancurkan tempat tinggal si putri. Untuk mencari solusi Putri melakukan semedi. Saat proses semedi, Putri Arum didatangi oleh kakek tua bernama Pande Gelang yang akan membantunya membatalkan lamaran Pangeran Cunihin yang akan memperistri Putri Arum.
Kakek Pande Gelang tersebut kemudian menyusun strategi dan menyarankan Putri Arum untuk menerima lamaran tersebut dengan memberikan persyaratan kepada Pangeran Cunihin. Ia harus membuat lubang pada sebuah batu keramat yang tingginya setara dengan tubuh manusia dalam waktu tiga hari dan diletakkan di pesisir pantai.
Selanjutnya, Putri Arum mengajukan persyaratannya kepada Pangeran Cunihin, Ki Pande bergegas membuat sebuah gelang yang akan digunakan untuk menghilangkan kesaktian Pangeran Cunihin.
Gelang tersebut dibuat sebesar batu keramat dan akan diletakkan tepat pada lubangnya.Dengan penuh kesombongan, Pangeran Cunihin pun menyanggupi persyaratan tersebut dan berhasil melubangi batu keramat dan sudah diletakkan di pesisir pantai dalam waktu kurang dari tiga hari.
Seketika, Putri Arum pun merasa gelisah dan khawatir, kemudian Ki Pande menyuruh Putri Arum agar meminta Pangeran Cunihin melewati lubang di batu keramat karena sebelumnya Ki Pande telah meletakkan gelang saktinya pada lubang batu tersebut.
Setelah Pangerang Cunihin melewati lubang batu keramat, seluruh kekuatan dan kesaktiannya pun hilang, dan ia tiba-tiba berubah menjadi seorang lelaki tua. Sementara, Ki Pande pun ikut berubah menjadi seorang lelaki tampan.