"Belum ada kepastian sampai sekarang, kemarin kami diskusi dengan pihak kecamatan dibantu dengan ibu lurah. Itu hanya menjanjikan tahun 2021. Jadi bulannya belum ada kepastian. Padahal kami warga huntara ini segera. Kenapa pengen segara. Karena Huntara di bangun hanya alakadar tidak permanan," ungkapnya.
Dengan ketidakpastian ini, Jamal merasa, pengungsi dianaktirikan oleh Pemkab Pandeglang. Padahal, sebelumnya mereka sudah dijanjikan untuk dibangunkan huntap dalam dua tahun.
"Kan janjinya setelah dua tahun dibangun. Ada apa ini. Kalau kendalanya lahan, kenapa tidak cari ke lahan lain. Ada apa yang di sumber jaya. Apakah ada muatan politik atau apa. Kalau ada muatan politik, ibu Irna kami menangkan di Huntara. Ya merasa dianaktirikan, padahal kami pribadi pendukung ibu Irna,"tegasnya.
Hal senada diungkapkan tokoh masyarakat Huntara, Ranta. Menurutnya, para korban merasa kecewa atas sikap pemerintah yang tak kunjung membangun Huntap. Padahal mereka sama-sama korban tsunami sama seperti korban tsunami lainnya.
Baca Juga:Film Kemarin: Kisah Lengkap Perjalanan Seventeen hingga Tragedi Tsunami
"Jelas kami merasa kecewa sebagai korban tsunami di sini. Kami seperti apa kan padahal kami juga anaknya," ucap Ranta yang sehari-hari juga menjadi guru ngaji untuk korban tsunami.
Ia mengaku heran dengan sikap pemerintah saat ini. Padahal, kondisi huntara saat ini sudah sangat memprihatinkan. Bahkan, saat hujan turun, kondisi huntara kian tidak layak.
"Kalau kondisi hujan seperti ini sangat mengerikan pokoknya, mengerikan kenapa? udah tidak nyaman lah. Jalan ledok (becek) jangan mau aktivitas keluar mau ke kamar mandi saja ya Allah ya Robbi," bebernya.
"Makanya kami berharap untuk segara karena tempatnya sudah mengerikan. Masyarakat BRI dan Mandiri sudah pada pindah karena takut longsor. Jadi kami enak gak enak tinggal di sini, sebab kami tinggal di sini karena terpaksa karena keadaan," sambungnya.
Kontributor : Saepulloh
Baca Juga:Gempa Bulukumba Tidak Berpotensi Tsunami dan Tidak Ada Tanda Gempa Susulan