Problematika ini diperparah dengan semakin banyaknya YouTuber yang membuat content tentang Baduy yang sering melangkahi hukum adat Baduy.
“Karena itu saya mengajak para pengguna medsos untuk lebih bijak dalam membuat konten. Hormati hukum adat dan jangan eksploitasi mereka.” harap Uday.
Jaro Saija sebagai Kepala Desa Kanekes tidak membantah kondisi tersebut. Saija juga merasa kesulitan menghadapi situasi yang merubah perilaku anak muda Baduy.
“Makanya saya mengharapkan bantuan dari pemerintah dan para pemerhati Baduy dalam menghadapi masalah ini. Kami tidak ingin generasi penerus kami hancur karena kemajuan teknologi. Sebab tugas hidup orang Baduy itu adalah bertani, melestarikan adat istiadat, bukan main medsos,” ujar Saija.
Baca Juga:Bebaskan Pembeli Bayar Seikhlasnya, Kisah Pedagang Bakso Ini Viral
Lisa Karnaatmadja sebagai keturunan Baduy mengungkapkan, ia merasa terpanggil terkait fenomena yang terjadi saat ini.
“Anak-anak saya di Indigenous Organic didorong untuk melakukan sesuatu. Alhamdulillah atas ijin dari Pemangku Adat Baduy Dalam dan Jaro Pamarentah, telah membuat film dokumenter yang berjudul Urang Kanekes, Satu Generasi yang Hilang yang akan dipublish dalam waktu dekat ini,” ungkapnya.
Rohaendi juga mengungkapkan keprihatinannya atas banyaknya akun medsos dengan embel-embel Baduy.
“Saya temukan banyak akun anak muda Baduy yang membuat status, meng-upload foto dan tiktokan, yang sebenarnya ditabukan. Maka saya kontak satu persatu, menegur dan mengingatkan mereka.” jelas Rohaendi.
Baca Juga:Viral Curhat Dosen Dicueki Mahasiswa Saat Kuliah Daring: Saya kayak Monolog
- 1
- 2