Kapal Karam di Selat Sunda, Nyawa Juhedi Selamat Berkat Sepotong Bambu

Korban kapal karam di Selat Sunda berhasil menyelamatkan nyawa dengan sepotong bambu.

M. Reza Sulaiman
Minggu, 21 Juni 2020 | 23:08 WIB
Kapal Karam di Selat Sunda, Nyawa Juhedi Selamat Berkat Sepotong Bambu
Juhedi nelayan korban Kapal Puspita Jaya yang selamat hanya menggunakan sepotong bambu (Suara.com/Saepulloh).

SuaraBanten.id - Korban kapal karam di Selat Sunda berhasil menyelamatkan dengan karena sepotong bambu.

Juhedi (32) akhirnya bisa bernapas lega dan bisa berkumpul dengan keluarga setelah terombang-ambing selama dua hari perairan Selat Sunda, setelah kapal motor Puspita Jaya Tenggelam. Juhedi dan satu orang berhasil selamat bermodalkan sepotong bambu tanpa pelampung.

Juhedi merupakan salah satu korban kapal tenggelam yang selamat bersama dua rekannya Udi dan Wawan, setelah enam rekannya lebih dulu ditemukan selamat. Ia dan rekannya ditolong salah satu kapal pancing asal Kecamatan Carita.

Ditemui Suarabanten.id di kediamannya di Kampung Makui Tonggoh, Desa Kalanganyar, Kecamatan Labuan, Minggu (21/6/2020), sejumlah sanak keluarga dan tetangga Juhedi masih terlihat mendatangi rumahnya.

Baca Juga:Cerita Korban Kapal Tenggelam yang Hanyut Sehari Semalam di Selat Sunda

Pria yang akrab disapa Acuy ini sudah bisa melayani siapa saja yang datang ke rumahnya. Juhedi sudah terlihat sehat hanya mengalami luka lecek di bagian perut dan kakinya akibat goresan bambu saat ia gunakan sebagai alat untuk menyelamatkan diri.

Acuy menceritakan detik-detik kapal yang ditumpangi yang berisi 16 orang tersebut tenggelam secara tiba-tiba setelah dihantam ombak. Ia heran perahunya tenggelam padahal ombak tak begitu besar.

"Saya berangkat hari Kamis, itu kejadiannya jam 5 sore (hari Kamis (18/6). Tiba-tiba terjadi seperti itu, karena ombak yang datang tiba-tiba. Gak ada hujan, kalau angin mah ada," ungkap Acuy.

Setelah perahu mereka terbalik dan belum sepenuhnya karam, seluruh nelayan masih bisa berada diatas perahu hingga keesokan harinya. Saat itu, nahkoda sekaligus pemilik kapal sempat mengingatkan para nelayan untuk tetap berada di perahu, hingga ada pertolongan datang.

"Setelah perahu terbalik, posisi semua masih di perahu yang 16 orang ini karena perahu gak terbalik (hanya miring). Akhirnya semua di minta untuk tetap di perahu, jangan ada yang berpencar,"ucapnya.

Baca Juga:Cerita Sanan Ditolong Kapal Pesiar AS Usai Terombang-ambing di Selat Sunda

Lantaran panik khawatir kapal yang mereka tumpangi tenggelam, akhirnya mereka memutuskan untuk berenang ke Pulau Panaitan yang terletak di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), termasuk Juhedi. Setelah berada di luar, Juhedi berniat kembali ke kapal, namun gagal karena arus air laut sangat kencang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini

Tampilkan lebih banyak