Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Kamis, 19 Juni 2025 | 10:13 WIB
Ilustrasi PT Krakatau Steel. [Istimewa]

SuaraBanten.id - PT Krakatau Steel yang berlokasi di Kota Cilegon, Banten kini menjadi perusahaan baja terbesar se-Asia tenggara.

Seperti diketahui PT Krakatau Steel merupakan Badan Usaha Milik Negara atau BUMN yang di bangun pada masa kepemimpinan Presiden Soekarno dan Soeharto.

PT Krakatau Steel yang dulu bernama Cilegon Steel Mill yang didirikan 31 Agustus 1971 lalu. Kini perusahaan baja itu berada di bawah kepemimpinan Muhamad Akbar Djohan sebagai Direktur Utama.

Terbaru, perusahaan baja terbesar se-Asia Tenggara itu memperoleh Sertifikat ISO 50001:2018 pada Juni 2025 dalam hal Manajemen Energi dari PT Sucofindo Indonesia.

Baca Juga: Sejarah PT Krakatau Steel yang Diinisiasi Soekarno, Pembangunannya Sempat Mangkrak

Penyerahan sertifikat tersebut dilakukan di Wisma Krakatau Steel Cilegon dan diserahkan langsung oleh Kepala Cabang Sucofindo Cilegon Iyus D. Purnama, kepada VP of Research & Technology Fathurrahmi Dasril, dan VP of Operation Excellence Tumpal H Simatupang yang mewakili Manajemen Perseroan serta Tim Sistem Manajemen Energi.

PT Krakatau Steel menerima Sertifikat ISO 50001:2018 yang merupakan sitem manajemen energi internasional dari Sucofindo. [Istimewa]

Direktur Utama PT  Krakatau Steel Akbar Djohan mengatakan, penghargaan ini merupakan satu-satunya dan yang pertama diberikan di Kota Cilegon.

Kata Akbar Djohan, ISO 50001:2018 merupakan standar internasional yang berfokus pada sistem manajemen energi dan pengelolaan sumber daya yang optimal sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2023.

"Hal ini sejalan dengan visi Perseroan untuk menjadi perusahaan baja yang kompetitif, menguntungkan, dan terpercaya, serta mendukung semangat 'Committed to Transform' dalam mewujudkan transformasi berkelanjutan," papar Akbar Djohan, Kamis 19 Juni 2025.

Akbar mengungkapkan, di tengah tantangan industri baja global yang semakin kompleks dan dinamis, pengelolaan energi yang efisien bukan lagi sebuah opsi, melainkan suatu keharusan.

Baca Juga: Sinergi Untirta dengan Industri di Cilegon, Bangun Leadership Incubator Hingga Pemagangan

Menurutnya, kenaikan harga energi, yang menjadi komponen biaya operasional terbesar ke-dua setelah bahan baku, ditambah kondisi overcapacity global yang menyebabkan masuknya baja murah ke pasar domestik, semakin mempertegas urgensinya.

"Perolehan sertifikat ini bukan sekadar bentuk pengakuan formal, tetapi merupakan tonggak penting dalam perjalanan Krakatau Steel untuk terus meningkatkan efisiensi energi, mengurangi emisi, dan memastikan keberlanjutan operasional," jelas Akbar.

Lebih lanjut, Akbar menyebut Krakatau Steel dan Group terus berkomitmen untuk menerapkan praktik bisnis berkelanjutan melalui sistem manajemen yang terintegrasi dan siap melangkah lebih jauh.

Hal tersebut dilakukan untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan di seluruh proses bisnis, memperkuat kontribusi perusahaan bagi industri nasional, serta meningkatkan daya saing di tingkat global.

Sejarah Krakatau Steel

Sejarah Krakatau Steel di Kota Cilegon tidak terlepas dari peran Presiden Soekarno dan Soeharto.

PT. Krakatau Steel dulu bernama Cilegon Steel Mill. Pada awal pendiriannya perusahaan plat merah ini memulainya dengan membebaskan 616 hektare tanah warga.

Pada masa presiden Soekarno, pembangunan Krakatau Steel kerjasama dengan Uni Soviet. Akte Notaris Krakatau Steel disahkan Tan Thong Kie 1971 di Jakarta. Sementara, hari lahir Krakatau Stel ditetapkan 31 Agustus 1970.

Lika Liku sejarah panjang berdirinya PT Krakatau Steel. Pabrik baja ini dibangun dua presiden di Indonesia yakni Soekarno dan Suharto tak terlepas dari bantuan pihak asing. Pembangunannya pun harus mangkrak akibat gonjang-ganjing politik saat itu.

Dikutip dari berbagai sumber, awal pendiriannya pun beberapa kali mundur maju karena kondisi politik di dalam negeri.

Pada 20 Mei 1962, ketika ramai-ramainya operasi Trikora pembebasan Irian Barat, Sukarno mencanangkan pembangunan Proyek Baja Trikora di Cilegon, Banten.

Ketika dibentuk perusahaan yang dulunya bernama Cilegon Steel Mill ini resmi berdiri dengan kerja sama Tjazpromexport dari Uni Soviet.

Tulisan Amri Marzali dalam Impak Krakatau Steel Terhadap Masyarakat Cilegon, pembangunan pabrik ini merupakan salah satu realisasi dari persetujuan kerjasama dalam lapangan ekonomik dan teknik antara Republik Indonesia dengan Uni Soviet.

Aktivitas pertama adalah membeli tanah rakyat seluas 616 hektar untuk tapak bangunan pabrik dan perumahan karyawan dan disusul dengan pendirian pondasi dan beberapa peralatan pokok.

Setelah peristiwa G30S PKI 1965 dan Soekarno tumbang, pemerintah Orde Baru mulai menaruh perhatian lagi terhadap proyek yang terbengkalai tersebut.

Beberapa perusahaan swasta luar negeri diundang untuk melakukan penilaian kembali. Hasil penelitian memutuskan proyek Trikora itu bisa dilanjutkan.

PT Krakatau Steel nampaknya lebih sehat daripada pendahulunya karena di belakangnya berdiri perusahaan minyak Indonesia, yakni PT Pertamina.

Pada tahun 1974 bangunan pabrik dan mesin-mesin sudah hampir selesai diperbaiki kembali. Setahun kemudian perusahaan tersebut sudah dapat memulai produksinya yang berbentuk bar dan section sejumlah 270.000 ton setiap tahun.

Dikutip dalam jurnal 'Membangun dari Tepian Nusantara Jawa yang disusun PT Krakatau Steel 2012 menyebutkan, sejarah berdirinya pabrik plat merah tersebut. Pada tahun 1956 muncul gagasan untuk mendirikan pabrik baja.

Menteri Perindustrian dan Pertambangan saat itu, Chaerul Saleh, bersama Djuanda dari Biro Perancang Negara yang kini Bappenas mulai menggagas industri baja nasional.

Saat itu Indonesia yang tengah gencar membangun dipandang perlu memiliki industri pengolahan bijih besi.

Rencana itu makin serius setelah Biro Perancang Negara mulai menggandeng beberapa konsultan asing untuk menggarap pabrik baja.

Alasan dipilihnya Cilegon untuk mendirikan pabrik baja internasional itu, lantaran Cilegon memiliki sejumlah keuntungan, mulai tersedia tanah yang cukup luas tanpa mengganggu lahan sawah, ada sumber air, mudah dijangkau dari berbagai pulau untuk mendatangkan besi tua serta didukung oleh pelabuhan Merak. Padahal selain Cilegon tim dari Rusia juga melakukan survei di Probolinggo, Jawa Timur.

Rencana memiliki pabrik baja nasional harus tertunda akibat gonjang-ganjing politik pada peristiwa G30S PKI, proyek ini berhenti di tengah jalan.

Lima tahun usai krisis politik 1965, proyek Besi Baja Trikora dilanjutkan setelah berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35, 31 Agustus 1970 melalui pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT Krakatau Steel.

Pendirian Krakatau Steel disahkan dengan Akte Notaris Tan Thong Kie Nomor 34, 23 Oktober 1971 di Jakarta. Dengan demikian, 31 Agustus 1970 merupakan hari lahirnya PT Krakatau Steel.

Perusahaan itu diresmikan perdana oleh Presiden Soeharto dengan sejumlah pabrik lainnya, diantaranya besi beton, pabrik besi profil dan pelabuhan Cigading.

Load More