SuaraBanten.id - Puluhan siswa Sekolah Dasar atau SD Negeri 2 Bojen di Kampung Sumur Batu, Desa Bojenwetan, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten terpaksa harus belajar di teras sekolah lantaran kurangnya ruang kelas yang tersedia. Bahkan, mereka sudah 3 tahun harus belajar di teras sekolah.
Salah seorang siswa kelas 3 SD Negeri Bojen 2, Ali mengaku, dirinya sudah hampir 3 tahun menjalani proses belajar mengajar di teras sekolah tanpa menggunakan kursi dan meja layaknya siswa di sekolah pada umumnya.
Menurut Ali, rasa takut kerap melanda dirinya dalam proses belajar ketika musim penghujan mulai melanda karena kerap basah kuyup terkena terkena air hujan saat belajar di teras sekolah yang berlokasi di Kampung Sumur Batu, Desa Bojenwetan, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten itu.
"Sudah belajar di teras sejak kelas 1. Ga ada meja dan kursi, jadi duduknya di lantai (teras sekolah). Kalau hujan kadang kehujanan juga," ucap Ali menceritakan dirinya telah tiga tahun belajar di teras sekolah, Selasa 20 Mei 2025.
Sementara itu, Kepala Sekolah SD Negeri Bojen 2, Darni membenarkan anak didiknya terpaksa harus mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) di teras sekolah lantaran minimnya ruang kelas yang tersedia.
Kata darni, pihaknya mencoba mengakali proses kegiatan belajar mengajar atau KBM menggunakan sistem pembagian jam belajar agar para siswa kelas 1-3 dapat merasakan belajar di dalam kelas.
"Sebetulnya SD Negeri Bojen 2 ini siswanya banyak, 200 lebih. Tetapi RKB itu kurang, kurangnya 3 kelas. Jadi kelas 1, kelas 2 dan kelas 3 itu shift siang," ucap Darni mengungkap banyaknya siswa tak sebanding dengan ruang kelas yang bisa digunakan.
"Tapi kalau ada kelas pagi itu saya riskan kalau musim hujan, karena kalau ada kelas pagi itu mereka harus belajar di teras, jadi suka kehujanan," imbuhnya menceritakan siswa di sekolah yang ia pimpin sering kehujanan jika belajar di teras sekolah.
Darni mengaku telah berkali-kali mengajukan permohonan bantuan pembangunan ruang kelas baru (RKB) di yang berada di Kampung Sumur Batu, Desa Bojenwetan, Kecamatan Sobang, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten itu namun tak kunjung direalisasikan.
Baca Juga: Ratusan Ojol Kepung Pendopo Gubernur Banten, Tolak 'Ongkos Murah' dan Minta Naikan Argo
Darni mengaku dirinya pun merasa tak kuasa melihat anak-anak didiknya harus menjalani proses belajar mengajar di teras sekolah sehingga membuat konsentrasi belajar menjadi terganggu.
"Kalau ngajuin (permohonan bantuan) sudah berkali-kali, lewat dapodik sudah sering, tapi sampai sekarang belum terealisasi," tuturnya menceritakan telah berulang kali mengajukan bantuan pembangunan gedung sekolah.
Ia seringkali berfikir bagaimana caranya anak-anak di sekolahnya bisa belajar aman, nyaman hingga berdampak pada intelegensi mereka.
"Kadang saya mikir yaa Allah gimana caranya supaya anak-anak biar belajar nyaman, aman biar bisa konsentrasi belajar, biar pinter," ungkapnya.
"Kalau sarprasnya (Sarana dan Prasarana -Red) kurang mendukung ya otomatis belajarnya juga kurang. Jadi ngaruh ke pembelajaran," pungkas Darni.
Profil SD Negeri Bojen 2
SD Negeri Bojen 2 didirikan pada 2 November 1976, sekolah ini berada di bawah naungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Pada tahun ajaran 2023/2024, SDN Bojen 2 memiliki total 225 siswa, terdiri dari 123 siswa laki-laki dan 102 siswa perempuan.
Proses pembelajaran dibimbing oleh 8 guru, dengan rasio siswa per guru sekitar 28:1. Sekolah ini menerapkan Kurikulum 2013 dan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar pada pagi hari selama 6 hari dalam seminggu.
SDN Bojen 2 memiliki luas lahan sekitar 5.000 m². Namun, fasilitas pendukung seperti ruang kelas, perpustakaan, dan sanitasi masih terbatas.
Saat ini, sekolah hanya memiliki 3 ruang kelas yang layak digunakan, tanpa laboratorium, perpustakaan, atau fasilitas sanitasi yang memadai.
Sejak tiga tahun terakhir, SDN Bojen 2 menghadapi kekurangan ruang kelas yang signifikan. Dengan jumlah siswa sebanyak 226 dan hanya 6 ruang kelas yang tersedia, beberapa kelas terpaksa melaksanakan kegiatan belajar mengajar di teras sekolah atau bahkan di bawah pohon.
Kondisi ini mengakibatkan pembelajaran tidak optimal, terutama bagi siswa kelas 1 hingga 3 yang harus belajar dalam dua shift dan waktu belajar yang terbatas.
Berita Terkait
-
Ratusan Ojol Kepung Pendopo Gubernur Banten, Tolak 'Ongkos Murah' dan Minta Naikan Argo
-
Ancam Setop Proyek CAA, Ketua HNSI dan HIPMI Digilir Polda Banten
-
Pimpian Grib Jaya Serang Ditangkap Polisi, Gelapkan 13 Mobil dari Banten ke Lampung
-
Minta Jatah Proyek CAA Rp5 T Tanpa Lelang, Ketua Kadin Cilegon Digarap Penyidik
-
Wagub Banten Masukan 'Anak Nakal' ke Asrama Militer, Tiru Kebijakan Kang Dedi Mulyadi?
Terpopuler
- Gebrak Meja Polemik Royalti, Menkumham Perintahkan Audit Total LMKN dan LMK!
- Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Pemain Keturunan Jawa Rp 347,63 Miliar Diincar AC Milan
- Detik-Detik Pengumuman Hasil Tes DNA: Ridwan Kamil Siap Terima Takdir, Lisa Mariana Tetap Yakin
- Kasih Kode Mau Bela Timnas Indonesia, Ryan Flamingo Kadung Janji dengan Ibunda
- Makna Kebaya Hitam dan Batik Slobog yang Dipakai Cucu Bung Hatta, Sindir Penguasa di Istana Negara?
Pilihan
-
Waduh! Cedera Kevin Diks Mengkhawatirkan, Batal Debut di Bundesliga
-
Shayne Pattynama Hilang, Sandy Walsh Unjuk Gigi di Buriram United
-
Danantara Tunjuk Ajudan Prabowo jadi Komisaris Waskita Karya
-
Punya Delapan Komisaris, PT KAI Jadi Sorotan Danantara
-
5 Rekomendasi HP Tahan Air Murah Mulai Rp2 Jutaan Terbaik 2025
Terkini
-
Bukan Cuma Lebak, Ini 7 Daerah dengan Kawasan Kumuh Terluas di Banten!
-
Mengurai Benang Kusut Kawasan Kumuh Banten Selatan, Lebak Jadi Fokus Utama Andra Soni dan Dimyati
-
BRI Group Raih 3 Penghargaan Prestisius dari Euromoney Awards for Excellence 2025
-
Investasi di Banten Peringkat 5 Nasional, Tembus Rp60,7 Triliun, Serap 110 Ribu Tenaga Kerja
-
QLola by BRI Dorong Transformasi Digital Korporasi dan Universal Banking