Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Sabtu, 05 November 2022 | 13:57 WIB
Kadinkes Banten Ati Pramudji Hastuti saat diwawancara wartawan. [BantenNews.co.id]

SuaraBanten.id - Kasus gagal ginjal akut atau acute kidney injury di Banten mencapai 22 kasus, dari puluhan kasus tersebut ada 13 orang diantaranya meninggal dunia. Data tersebut yakni berdasarkan data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Banten.

Hingga 3 November 2022, kasus gagal ginjal akut itu tersebar di lima kabupaten kota yakni di Kota Tangerang 6 kasus, 5 meninggal satu sembuh.

Kota Tangerang Selatan (Tangsel) terdapat 3 kasus dan dua pasien dinyatakan sembuh dan satu masih dalam perawatan.

Sementara Kabupaten Tangerang sebanyak 11 kasus, 8 meninggal, dua pasien sembuh dan satu masih dalam perawatan. Kabupaten Lebak dan Kota Serang masing-masing ditemukan satu kasus dan semuanya dinyatakan sembuh.

Baca Juga: Bocah 4 Tahun di Batam Diduga Tewas Akibat Dianiaya Pacar Ibunya

Kepala Dinkes Provinsi Banten, Ati Pramudji Hastuti menjelaskan, setidaknya terdapat beberapa gejala yang dapat dilihat. Pertama, layaknya penyakit ginjal, semua pasien akan mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA).

Kedua, pasien atau anak akan mengalami gangguan pencernaan, mual, muntah dan semakin lama semakin memburuk. Lalu adanya penurunan kondisi tubuh.

Lebih lanjut, Ati mengungkapkan, gejala lain jika penyakit ginjal akut adalah warna urin yang kecoklatan.

“Lama-lama kalau sudah parah urinnya coklat dan ngga bisa kencing sama sekali. Dana kalau itu terjadi maka tubuh pasien akan membengkak,” katanya, Jumat (4/11/2022).

Kembali dikatakan Ati, penyakit ginjal akut bukan disebabkan virus atau bakteri sperti halnya Covid-19. Namun lebih disebabkan zat berbahaya yang terkandung dalam obat-obatan jenis sirup.

Baca Juga: Konser NCT 127 di ICE BSD City Tangerang Dihentikan: 30 Orang Mendadak Pingsan

“Ini (akibat) toxic (racun, red). Bukan akibat bakteri atau virus atau kuman. Jadi zat (berbahaya) yang terkandung dalam sirup itu,” ucapnya.

Load More