Scroll untuk membaca artikel
Andi Ahmad S
Minggu, 02 Januari 2022 | 08:16 WIB
Rocky Gerung. (tangkap layar)

SuaraBanten.id - Pengamat politik Rocky Gerung turut menanggapi polemik Habib Bahar bin Smith soal penyebaran ujaran kebencian. Dia menilai, apa yang dilontarkan habib kontroversial tersebut sah-sah saja sebagai warga negara.

Dia berharap, semua pihak bisa menghormati pernyataan Habib Bahar ini.

Menurutnya, justru Presiden seperti Jokowi akan menjadi otoritarianisme apabila terus dipuji-puji.

“Habib Bahar berhak, untuk, bahkan menghujat. Nah itu yang ingin kita mintakan perlindungan,” kata Rocky, dalam video yang diunggah kanal YouTube Refly Harun, mengutip dari Terkini -jaringan Suara.com, Minggu (2/1/2022).

Baca Juga: Telisik Kasus Bahar Smith Polisi Periksa 50 Saksi, Siapa Saja Orangnya?

Selain itu, Rocky menyebut Bahar Smith hanya bicara dan tidak melakukan makar. Itulah nilai utama demokrasi, kata dia.

“Karena Habib Bahar hanya bicara, dia nggak melakukan kegiatan makar. Dia mengucapkan sesuatu yang berbeda dengan pemerintah. Itu justru nilai utama demokrasi,” lanjutnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa demokrasi seharusnya dipelihara dalam kondisi banyaknya perbedaan, bukan kesepakatan. Sayangnya hal ini dinilai tidak dipahami oleh pihak yang berkuasa.

Tak hanya itu, ia pun meminta agar Kapolri bisa memahami bahwa Indonesia bisa diselamatkan dengan perbedaan pendapat.

“Kalau nggak ada perbedaan pikiran, itu artinya nggak ada demokrasi. Jadi hal yang paling elementer dalam demokrasi adalah berbeda pikiran,” tutur Rocky.

Baca Juga: Timnas Indonesia Gagal Juara Piala AFF 2020, Jokowi Tetap Bangga Perjuangan Skuad Garuda

Ia lantas menegaskan bahwa sebuah pikiran, utamanya pikiran penguasa, harus ada yang menentang.

“Kenapa? Karena pikiran hanya disebut pikiran kalau ada yang menentangnya. Nah pikiran kekuasaan pasti harus ada yang menentang,” ujarnya.

Load More