Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Minggu, 25 Juli 2021 | 16:05 WIB
Ilustrasi anak murung. (Pexels.com/cottonbro)

SuaraBanten.id - Orangtua harus tahu, jika anak gelisah dan jadi pemarah saat Pandemi Covid-19.

Sudah setahun lebih Pandemi Covid-19 melanda Indonesia, tak hanya mengubah tatanan sosial namaun juga tumbuh kembang anak di rumah.

Akibat terlalu banyak menghabiskan aktifitas di rumah, tak sedikit anak-anak yang berubah menjadi gelisah bahkan menjadi pemarah akibat minimnya interaksi bosan di rumah.

Dalam seminar nasional bertajuk “Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi COVID-19” yang digelar Bidang Koordinasi Relawan (BKR) Satgas COVID-19 secara daring melalui aplikasi Zoom dan Youtube Live, 23 Juli 2021 lalu.

Baca Juga: Kondisi Tak Biasa, Hotline TRC BPBD DIY Terima Banyak Telepon Emergensi Sore hingga Malam

Digelar bertepatan dengan Hari Anak Nasional ini mengundang tiga narasumember kawakan yang ahli di bidangnya, yaitu Asisten Deputi Khusus Perlindungan Anak Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Dra. Elvi Hendriani; Psikolog Anak, Dr. Seto Mulyadi, S.Psi, M.Si.; dan Ketua Yayasan Peduli Sindroma Down Indonesia (YAPESDI), Dewi Tjakrawinata.

Turut hadir dan membuka acara Ketua BKR Satgas COVID-19 Andre Rahadian dalam sambutannya mengatakan, kondisi pandemi ini merubah tatanan sosial bukan hanya pada aspek kesehatan, tetapi juga pada aspek sosial dan edukasi anak-anak dalam aktivitas keseharian.

“Dampaknya kemampuan pertumbuhan anak menjadi terhambat dan hal ini menjadi satu tantangan ekstra bagi orangtua dalam membimbing anaknya,” kata Andre seperti dilansir keterangan tertulis Satgas COVID-19.

Karenanya, melalui acara Seminar Nasional bersama para narasumber ahli diharapkan dapat tercipta rumusan dan usulan action plan untuk menjaga kesehatan jiwa anak-anak terutama anak disabilitas.

“Saya juga menitipkan pesan kepada keluarga Indonesia untuk terus taat menerapkan protokol kesehatan sebagai contoh positif untuk diadaptasi oleh seluruh anak-anak,” ucapnya.

Baca Juga: Dibangunkan Rumah, Bocah Yatim Piatu Karena Covid-19 Asal Kaltim Bakal Dibawa ke Sragen

Seminar Nasional ini merupakan acara seminar kedua sebagai rangkaian Program Layanan Dukungan Psikososial (LDP) yang akan diselenggarakan di 11 Provinsi di Indonesia.

Adapun tujuan acara ini adalah upaya promotif dan preventif untuk memberikan informasi serta edukasi terkait pentingnya peran orangtua dalam memberikan pelayanan dukungan kesehatan jiwa dan psikososial kepada anak di tengah pandemi COVID-19.

Selain itu, acara ini akan menjelaskan mengenai informasi perihal program dari Kementerian PPPA terkait dengan penanganan COVID-19 bagi anak-anak.

Orangtua Harus Menjadi Contoh

Elvi Hendrani mengatakan, seyogyanya tanggung jawab dalam melindungi anak di era pandemi ini dilakukan secara bersama antara orangtua, negara dan masyarakat.

“Orangtua bertanggung jawab dalam hidup dan tumbuh kembang, negara berkepentingan untuk mendayagunakan sumber daya dalam melindungi anak dan haknya, masyarakat berpartisipasi dalam menerapkan tanggung jawab orang tua dan kewajiban negara, dan yang terakhir anak itu sendiri sebagai subjek yang harus sadar mengenai hak-hak yang diterimanya,” terangnya.

Sementara, Seto Mulyadi menekankan, dunia anak adalah dunia bermain. Namun, permasalahannya adalah di era pandemi ini akses pembelajaran dan bermain dibatasi sehingga anak-anak kini terpaksa untuk berinteraksi secara daring.

Akibatnya anak-anak menganggap interaksi ini membosankan dan sulit, hal ini menyebabkan hasil belajar menjadi tidak optimal dan rentan mengakibatkan konflik dalam keluarga yang mampu berujung pada kekerasan terhadap anak.

“Dampaknya anak-anak menjadi gelisah, susah tidur, bosan, malas belajar, dan suka marah. Untuk menjawab permasalahan ini orang tua dan guru memegang peranan penting untuk mampu menciptakan suasana belajar yang lebih ramah anak serta membuat kurikulum pendidikan yang lebih berpihak pada hak anak,” jelasnya.

“Lebih jauh lagi, diharapkan orangtua dapat menjadi sosok idola anak dengan mencontohkan sikap dan perbuatan yang bijak dan positif sesuai dengan zamannya. Saya yakin kita semua dapat belajar. Stop kekerasan dalam dunia pendidikan dan wujudkan impian kondisi rumah yang ramah anak,” tambah Seto Mulyadi.

Terkait dengan anak-anak penyandang disabilitas, Dewi Tjakrawinata mengungkapkan, selama pandemi COVID-19, anak-anak disabilitas memerlukan perhatian dan cinta yang ekstra guna memberikan kenyamanan serta pengertian mengenai virus COVID-19.

Banyak aduan dari orangtua yang mengatakan bahwa anaknya menjadi sedih dan kehilangan semangat, bahkan ada anak yang sifatnya berubah menjadi pemarah karena kecewa tidak bisa keluar rumah untuk bersosialisasi.

“Untuk melindungi kesehatan mentalnya, perlu diajarkan mengenai cara mengelola emosi secara positif, mengenali emosi diri sendiri dan orang lain, cara untuk tetap gembira selama pandemi (melalui kegiatan menari, menyanyi, menulis surat cinta untuk orang tua, dll), mengajak anak mengisi waktu dengan kegiatan secara positif, dan mengurangi waktu bermain media sosial,” jelasnya.

Acara Seminar Nasional dengan tema Melindungi Kesehatan Jiwa Anak di Tengah Pandemi COVID-19 merupakan Seminar Nasional kedua yang diadakan oleh BKR Satgas COVID-19.

Selain Seminar Nasional, BKR Satgas COVID-19 juga menyelenggarakan Webinar Relawan Berperan yang diselenggarakan rutin setiap minggu.

Program lain yang dilakukan adalah membentuk Layanan Dukungan Psikososial (LDP) untuk mendampingi masyarakat umum, kelompok rentan (lansia, anak, dan disabilitas) dan tenaga kesehatan yang membutuhkan pelayanan terkait kondisi psikososial di masa pandemi melalui nomor 081211084053.

Selanjutnya, dibentuk pula Layanan Ambulans bersama HIPGABI yang beroperasi di Jabodetabek dengan menghubungi narahubung 081267575644/ 08179774600. Selain itu, dalam minggu ini telah dilakukan pula edukasi protokol Kesehatan dan pembagian masker sebanyak 175.000 di 13 titik zona merah.

Editor: Fariz Abdullah

Load More