Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan | Yaumal Asri Adi Hutasuhut
Kamis, 01 Juli 2021 | 14:16 WIB
Pasien COVID-19 memakai alat bantu oksigen menunggu untuk mendapatkan tempat tidur perawatan di IGD RSUD Cengkareng, Jakarta, Rabu (23/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

SuaraBanten.id - Covid-19 menggila. Rumah sakit rujukan penuh hingga 11 pasien Covid-19 meninggal saat antre di IGD. Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di wilayah DKI Jakarta dan sekitarnya sangat menghawatirkan.

Banyak rumah sakit rujukan kolaps hingga menolak pasien Covid-19 meski dalam kondisi darurat.

banyak rumah sakit kolaps itu diketahui berdasarkan informasi tim relawan Laporcovid-19

“Fasilitas dan layanan kesehatan kolaps. Kami mendapat laporan 65 warga terkonfirmasi positif Covid-19, dengan gejala sedang hingga berat yang perlu bantuan kegawatdaruratan medis,” kata Amanda Tan, salah satu tim relawan LaporCovid-19, lewat keterangan tertulisnya, Kamis (1/7/2021).

Baca Juga: Anies Bagikan Kabar Baik: Hari Ini, Anak 12 Tahun ke Atas Sudah Bisa Divaksin

Puluhan laporan pasien dalam kondisi darurat, 11 orang meninggal dunia saat menunggu karena rumah sakit penuh.

“Di salah satu RS umum pusat milik pemerintah di Jakarta, seorang pasien meninggal sesaat setelah tiba di sana,” ujar Amanda.

Amanda menjelaskan, sebelumnya pasien tersebut ditolak beberapa rumah sakit dengan alasan tidak ada stok tabung oksigen.

Sementara itu di Tangerang Selatan, Banten, juga ada pasien yang bernasib sama. Pasien tersebut telah dirawat di sebuah puskesmas sejak 12 Juni 2021, dan pada tanggal 27 Juni 2021, membutuhkan oksigen.

“Keluarga pasien beberapa kali menghubungi 112 namun gagal. Satu jam, kemudian pasien akhirnya mendapatkan ambulans untuk ke RSU Tangerang Selatan. Meski saturasi oksigen pasien saat itu 82 persen, namun ia tak diperbolehkan masuk oleh satpam RSU Tangerang Selatan,” tutur Amanda.

Baca Juga: KPK: Pemprov DKI dan Kemensos Banyak Perbedaan Data Soal Bansos Covid-19

“Saat itu kami menghubungi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan dan respons mereka, ‘saat ini RS sudah penuh dan semua sedang membutuhkan oksigen’. Keluarga kemudian mengantarkan pasien ke RSUP Fatmawati. Namun sesampainya di sana pasien tidak mendapatkan oksigen dan meninggal dunia saat mengantri di IGD,” sambung Amdan.

Di samping itu, tim relawan LaporCovid-19 juga telah menghentikan layanan bantuan mendapatkan rumah sakit rujukan bagi warga. Hal itu juga karena semakin penuhnya sejumlah rumah sakit, sehingga membuat mereka kesulitan membantu warga. Setidaknya sejak tanggal 14- 30 Juni 2021 mereka menerima 101 laporan permintaan layanan Covid-19.

Melihat situasi yang semakin genting tersebut, LaporCovid-19 mendesak Presiden Joko Widodo memberlakukan Lockdown.

“Presiden Joko Widodo harus memprioritaskan kesehatan masyarakat dan menimbang pendapat ahli kesehatan dalam membuat kebijakan berbasis data dan kemanusiaan. Pemerintah segera mengambil langkah luar biasa darurat dengan memberlakukan lockdown di seluruh Jawa-Bali dan wilayah terdampak lainnya untuk menekan laju penularan Covid-19,” ujar Amanda.

“Disertai peningkatan 3T dan transparansi data agar pemahaman masyarakat terbangun dengan baik. Pemberlakuan lockdown juga disertai edukasi yang masif, dan pemberian bantuan kebutuhan dasar kepada masyarakat terdampak. Tanpa ada penghentian mobilitas, faskes tidak akan sanggup menampung lonjakan pasien,” sambungnya.

Di samping itu, pemerintah juga harus memberikan perlindungan kepada tenaga kesehatan, baik perlindungan kesehatan maupun insentif untuk mendukung tugas mereka merawat pasien Covid-19.

Kemudian, terkait kebutuhan oksigen, LaporCovid-19 juga meminta pemerintah mengambil langkah yang kongkret.

“Realisasikan percepatan produksi dan distribusi oksigen untuk mencegah perburukan pada pasien Covid-19 yang mengalami sesak nafas atau penurunan saturasi oksigen,” ujar Amanda.

Load More