SuaraBanten.id - Puluhan wali murid SDN Kubang Kutu 2 Kelurahan Kebon Dalem, Kecamatan Purwakarta tolak alih fungsi SD jadi SMP. Sebagai bentuk penolakan SD marger dengan SMP, warga galang tanda tangan di kain kafan.
Gelombang penolakan alih fungsi SD jadi SMP terus bergulir di Kota Cilegon. Warga di empat kecamatan yang direncanakan ada penambahan penambahan SMP Negeri memanfaatkan bangunan SD Negeri Menolak.
Rencana Pemkot Cilegon menambah empat SMP di empat kecamatan nampaknya bakal berlangsung alot. Hal tersebut dikarenakan timbul penolakan dari warga sekitar lokasi SD yang akan dijadikan SMP.
Kemarin, Senin (24/5/2021) puluhan wali murid membawa kain kafan atau kain putih sepanjang 12 meter dan membubuhkan tanda tangan sebagai tanda penolakan pengabungan SMP dengan SD anaknya.
Tidak hanya di Lingkungan SDN Kubang Kutu 2, Kecamatan Purwakarta saja, melainkan di di lingkungan Wali Kukun Kecamatan Citangkil, Kecamatan Jombang, dan Kecamatan Grogol melakukan penolakan yang serupa.
Informasi yang dikumpulkan SuaraBanten.id dan menghimpun alasan-alasan warga melakukan penolakan antara lain.
Halimah salah seorang wali murid mengatakan, pihaknya mendukung pendirian SMP 12 di wilayahnya asalkan tidak menggunakan bangunan SDN Kubang Kutu 2.
“Emang enggak ada lahan kosong selain di SD Kubang Kutu 2,” ujar Halimah, kepada wartawan," Senin (24/5/2021).
Ia mengatakan, seluruh wali murid hingga alumni SDN Kubang Kutu II dengan tegas menolak rencana pencaplokan gedung sekolah yang sudah lama berdiri dan banyak memiliki prestasi di bidang akademik maupun yang lainnya.
Baca Juga: Takjub Foto Muda Nenek, Netizen: Aura Cantiknya Masih Kerasa
“Kita semua menolak, dari alumni, dari masyarakat sini, dari wali murid menolak,” tegasnya.
Masih kata Halimah, pembangunan SDN Kubang Kutu II didanai oleh wali murid yang dulunya iuran untuk pembangunan sekolah dasar tersebut. “Yang namanya pembangunan ini dari wali murid semua ini,” imbuhnya.
Salah seorang warga dari lingkungan Wali Kukun Kecamatan Citangkil Jupendi mengatakan, pihaknya bersama warga lainnya bukan melakukan penolakan terhadap pembuatan SMP baru, melainkan menolak merger dengan SMP baru.
"Kalau mau membuat SMP baru, harus di gedung baru. Karena disini SD nya itu menampung 6 Linkungan jadi banyak banget," katanya.
Dikatakan dia, selain warga Cilegon yang bersekolah ke SDN Wali Kukun juga ada beberapa warga dari perbatasan Kabupaten Serang yang bersekolah di SDN Wali Kukun.
"Ini kan kami disini SD nya jauh, kalau ini di jadikan SMP adik-adik kami mau sekolah SD ke mana," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Satu Kata Misteri dari Pengacara Pratama Arhan Usai Sidang Cerai dengan Azizah Salsha
- 15 Titik Demo di Makassar Hari Ini: Tuntut Ganti Presiden, Korupsi CSR BI, Hingga Lingkungan
- 3 Negara yang Bisa Gantikan Kuwait untuk Jadi Lawan Timnas Indonesia di FIFA Matchday
- Liga Inggris Seret Nenek ke Meja Hukum: Kisah Warung Kopi & Denda Ratusan Juta yang Janggal
- Deretan Kontroversi yang Diduga Jadi Alasan Pratama Arhan Ceraikan Azizah Salsha
Pilihan
-
Jangan Tertipu Tampilan Polosnya, Harga Sneaker Ini Bisa Beli Motor!
-
Tom Haye ke Persib, Calvin Verdonk Gabung ke Eks Klub Patrick Kluivert?
-
Alasan Federico Barba Terima Persib, Tolak Eks Klub Fabio Grosso
-
Siapa Federico Barba? Anak Emas Filippo Inzaghi yang Merapat ke Persib
-
Stok BBM Shell Kosong Lagi, Kapan Kembali Tersedia?
Terkini
-
Cetak Rekor, 65% Dana Wholesale BRI Berbasis ESG
-
5 Perusahaan di Tangerang Terancam Pidana
-
5 Fakta Kasus Polisi Lempar Helm ke Pelajar: Bermula dari 'Knalpot Brong' Hingga Korban Kritis
-
BRI Terus Dorong UMKM, Penguatan Ekonomi Level Grassroot Mencapai 80,32 Persen
-
Polda Banten Akui Anggota Samapta Sebabkan Pelajar Kritis, Terekam CCTV Lemparkan Helm