Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Rabu, 21 April 2021 | 02:45 WIB
Gapura menuju Makam Kramat 7 Sumur Tujuh Lebakwana Kramatwatu [Suara.com/Adi Mulyadi]

SuaraBanten.id - Keberadaan makam kramat 7 sumur 7 pancuran mas di Desa Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu, banyak disalahgunakan oleh peziarah dari luar daerah.

Bagaimana tidak, kedatangan peziarah ke tempat tersebut hanya untuk meminta sesuatu sesuai keinginan atau meminta pusaka yang di yakini ada di makam para wali itu dan peninggalan para wali.

Secara aqidah, hal itu sudah menyimpang. Namun kuncen makam kramat 7 sumur 7 pancuran mas itu selalu mengingatkan kepada peziarah yang datang dengan maksud meminta kepada kuburan.

"Minta itu tetap kepada Alloh SWT, jangan ke kuburan. Seharusnya kita ziarah itu untuk silaturahmi, kepada orang tua kita. Para wali ini lah yang dekat dengan sang pencipta dan sekaligus orang tua kita," kata Huzaeni, penjaga makam.

Baca Juga: Al Quran Raksasa di Cilegon Berukuran 1,81 Meter

Pria yang akrab di sapa haji Jen itu, tidak menapik banyak peziarah dari luar daerah dengan maksud dan tujuan tidak baik, seperti menginginkan benda pusaka, berupa kris dan sebagainya, atau yang meminta pesugihan juga.

Sumur 7 yang berada di Lebakwana Kramatwatu [Suara.com/Adi Mulyadi]

"Banyak mas, yang minta seperti itu. Saya kan disini hanya bertugas menjaga dan merawat saja. Saya sering arahkan dan nasehati kalau ada yang seperti itu," kata pria paruh baya itu.

Diketahui, sumur 7 yang berada di Desa Lebakwana berawal dari para wali yang menggunakan tempat tersebut sebagai tempat perkumpulan, untuk syiar islam di wilayah Banten. Kisah sumur 7 itu, bak kisah Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan anaknya Nabi Ismail.

Kala itu, saat para wali melakukan perkumpulan bersama Syehk Mansur Cikaduen, waktu solat pun tiba. Sementara di sekitaran tempat perkumpulan tidak ada air meski sedikit, jangankan untuk mandi untuk berwudu saja tidak ada.

Syehk Mansur yang konon memiliki tongkat sakti langsung menancapkan tongkatkan ke tanah, setelah di cabut keluar lah sumber mata air dari dalam tanah, begitulah secarcik kisah sumur 7 berawal.

Baca Juga: Setahun Penuh, Al Quran Raksasa di Ciwandan Ditulis Tangan Usai Tahajud

"Sumur 7 ini berada pada saat Kesultanan Maulana Hasanudin saat itu yang hendak merebut kekuasaan dari pucuk umun, di wilayah Banten. Berkat kerja keras para wali akhirnya pucuk umun bisa di usir oleh Sultan Maulana Hasanudin ke wilayah Banten Selatan," kata haji Jen.

Saat ini, makam kramat 7sumur 7 pancuran mas menjadi wisata religi, hal itu dibuktikan dengan di tetapkannya sebagai salah satu Cagar Budaya oleh Pemerintah Kabupaten Serang melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan.

Pengunjung yang ingin mandi dan berziarah, tidak terlalu sulit, untuk bisa sampai ke makam kramat 7 sumur 7 pancuran mas. Sekitar kurang lebih 1,5 KM dari balai Desa Lebakwana, Kecamatan Kramatwatu, Kabupaten Serang.

Persis di tengah-tengah penduduk, gapura bertulisan Makam kramat 7 sumur 7 pancuran mas berada. Sekitar 500 meter masuk dari plang itu menuju makam dan sumur kramat. Jalan setapak, dan terlihat belum ada pengerasan mewarnai perjalanan menuju makam kramat 7 sumur 7 pancuran mas itu.

Sampai di lokasi, pelang cagar budaya dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Serang menyambut para pengunjung. Dalam tulisan tersebut terdapat, nama-nama wali yang pada saat itu menjadi panglima perang dalam penyebaran islam di tanah Banten.

Makam Kramat 7 sumur 7 pancuran mas selain di jadikan objek wisata oleh masyarakat luar. Sumur 7 pun sering digunakan untuk mandi oleh masyarakat sekitar, bahkan untuk minum langsung oleh warga sekitar sepulang bertani dari sawah.

Kontributor : Adi Mulyadi

Load More