Scroll untuk membaca artikel
Hairul Alwan
Kamis, 25 Maret 2021 | 09:12 WIB
Penganut ajaran Hakekok Balakasuta masuk pesantren. (Memed/Bantennews.co.id)

SuaraBanten.id - Usai dibina Abuya Muhtadi, penganut Sekte Hakekok Balakasauta dikembalikan ke lingkungan tempat tinggalnya.

16 orang yang sebelumnya menjadi anggota sekte yang menjalankan ritual mandi bareng secara bugil di sebuah wahangan yang terletak di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, (11/3/2021) lalu.

Melalui Badan Koordinasi Pengawasan Aliran Kepercayaan (Bakorpakem) Pandeglang, ke 16 anggota aliran Hakekok Balakasuta akan dikembalikan ke lingkungannya hari ini, di Kecamatan Cigeulis dan Cimanggu.

Belasan anggota aliran Hakekok Balakasuta ini sebelumnya mendapat pembinaan dari pimpinan Pondok Pesantren Raudlatul Ulum Cidahu, Abuya Muhtadi di rumah singgah milik Dinas Sosial (Dinsos) Pandeglang.

Baca Juga: MUI : Ajaran Hakekok Balakasuta Menyimpang dan Bertentangan dengan Islam

Pembinaan dilakukan sejak 13 Maret 2021 atau sudah sekira 13 hari. Mereka telah menjalani keseharian layaknya orang islam yakni salat lima waktu dan berzikir.

“Ya rencananya akan dikembalikan,” singkat Waka Polres Pandeglang, Kompol Rikiy Crisma Wardana kepada BantenHits.com-Jaringan SuaraBanten.id.

Ritual Mandi Bersama Tanpa Busana Hakekok Balasuta - foto istimewa via Bantennews.co.id

Diketahui 16 pengikut aliran Hakekok Balakasuta dianggap menyimpang dari syariat islam, setelah melakukan ritual mandi bareng secara bugil di sebuah wahangan yang terletak di Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, (11/3/2021).

Sekte yang dipimpin Arya (52) mulai eksis di Kabupaten Pandeglang sejak 2018. Warga Kampung Polos, Desa Waringin Kurung, Kecamatan Cimanggu itu menyebarkan aliran ini di lingkungan keluarganya.

Motif Arya menganut dan menyebarkan Hakekok agar mendapat kekayaan dan selamat dunia akhirat. Dia mendapat ajaran Hakekok pada 2005 dari bapaknya yang kini sudah meninggal dunia.

Baca Juga: 7 Aliran Sesat di Indonesia, dari Kerajaan Ubur-ubur hingga Hakekok

Meski memiliki keyakinan bakal menjadi kaya, tapi pada faktanya Arya dan pengikutnya yang tinggal di Kampung Pamukiman, Desa Karang Bolong, Kecamatan Cigeulis, hidup di bawah garis kemiskinan, hidup menumpang di tanah orang dan berpenghasilan tidak tetap.

Load More