Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Kamis, 11 Maret 2021 | 12:47 WIB
Ilustrasi perang kerajaan Banten (Youtube/edhaje)

SuaraBanten.id - Kerajaan Banten tidak bisa terlepas dari perseteruan antar saudara. Salah satunya selama urun 1596-1609, persaingan untuk menduduki posisi wali raja Banten antara kelompok internal keluarga terus terjadi.

Salah satu tragedi yang paling diingat adalah saat perang saudara akibat pengkhianatan Ratu Fatimah terhadap suaminya, Sultan Zainul Arifin yang menjabat Sultan Banten pada kurun 1733-1750.

Selain itu, ada pula perang saudara yang disebabkan pengkhianatan Sultan Haji kepada ayahnya, Sultan Ageng Tirtayasa dengan bersekutu pada penjajah, Gubernur Jenderal Kompeni pada 17 April 1684.

Namun, saat itu tidak hanya Sultan Haji yang meminta bantuan kompeni, melainkan Sultan Ageng Tirtayasa juga meminta bantuan dari Kerajaan Inggris untuk melawan kekuatan anaknya sendiri.

Baca Juga: Terungkap, Meghan dan Harry Sudah Menikah 3 Hari sebelum Royal Wedding

Fakta tersebut terungkap dalam sepucuk surat tahun 1682 yang dilayangkan Sultan Ageng Tirtaysa kepada Raja Inggris Charles II.

Dibuat dengan kertas Eropa dan huruf Arab, saat ini, surat tersebut disimpan di Public Record Office, London, dengan nomor PROCO 77/14,f.112. 

Surat yang ditulis pada tanggal 13 Rabiulawal tahun 1093 H (1682) ini menyampaikan permintaan bantuan dari Sultan Ageng Tirtayasa kepada Raja Inggris untuk berperang melawan putranya.

Untuk diketahui, Kerajaan Banten sejak dulu memiliki perjanjian yang menjelaskan bahwa kedua kerajaan agar saling membantu.

Melalui surat itu pula, Sultan Ageng Tirtayasa berjanji memberikan Batavia atau Jakarta kepada Inggris jika dia berhasil menang.

Baca Juga: Meghan Markel Tuduh Kate Middleton yang Buat Drama Saat Pesta Pernikahan

Berikut isi lengkap surat tersebut,

Dengan nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan seru sekalian alam. Selawat dan salam semoga terlimpah kepada seluruh rasul dan nabi-nabiNya.

Surat ini dari Sultan Abu al-Fath Abdl al-Fath, Sultan Tirtayasa al Mansurah kepada Raja Charles kedua di negeri England, semoga Allah memberikan petunjuk kepadanya ke arah kebenaran, memperbaiki urusannya, memanjangkan umurnya, menyempurnakan nikmat-nikmatNya kepadanya dan memberikan petunjuk keadilan dalam kepemimpinannya dan menambahkan keutamaannya.

Telah sampai kepada kami surat Tuan yang dibawa oleh Kapiten Wudkat dan mesiu yang telah Tuan hadiahkan yaitu sebanyak 200 pikul. Selanjutnya kami beritahukan bahwa anak kami Abu an-Nashr telah menentang dan memerangi kami, tetapi kami pun telah mengalahkannya.

Setelah itu Belanda meminta dan ia berkata kepada mereka, tolonglah kami dan ambillah negeri. Kemudian, mereka pun membantunya melawan kami, maka datanglah pertolongan berupa 14 kapal, lalu kami perintahkan anak kami Pangeran Yogya untuk menguasai benteng dan kami mohon bantuan dari Tuan untuk melawan mereka, karena sejak awal antara kami dan Tuan telah disepakati suatu perjanjian, yaitu jika ada fitnah dari Walanda, maka Tuan akan menolong kami dan jika Tuan memiliki kesibukan maka kami pun akan membantu.

Belanda telah menyerang kami karena kami tengah berperang melawan anak kami, padahal jika urusan anak dengan bapaknya atau suami dengan isterinya, maka tidaklah biasa orang lain mencampuri urusan mereka. Anak kami telah menyerang rakyat Tuan dan rakyat kami karena rakyat Tuan dan rakyat kami menguasai benteng Surosowan. Adapun maksud anak kami adalah agar mereka keluar dari benteng dan setelah itu masuklah Belanda ke Surosowan.

Ketika rakyat kami sedang mempertahankan benteng, Belanda telah menugaskan tiga orang (kepada anak kami) untuk menembakkan meriam. Rakyat Tuan banyak memberi bantuan kepada kami di benteng dan tempat-tempatlainnya dan segala yang kami butuhkandari mereka seperti mesiu dan lain-lain.

Sebagaimana Belanda menolong anak kami, maka kami pun memohon bantuan dari Tuan untuk melawan mereka. Adapun maksud kami yaitu, kami dan Tuan tetap bersatu seperti semula. Dan apabila Tuan berperang melawan Belanda, maka insyaallah ta’ala kami (yang akan) berada di daratan dan Tuan di lautan. Kami akan berikan kepada Tuan, Jakarta. Dan pembicaraan ini cukup melalui pembawa surat, yaitu Kapiten Thomas yang kapalnya bernama Eskimo Afrikan. Pada hari Senin, tanggal 13 Rabi’ulawal tahun hijriah 1093

Artikel ini melansir BantenHits yang bersumber dari “Perang, Dagang, Persahabatan; Surat-surat Sultan Banten” karya Titik Pudjiastuti.

Load More