Scroll untuk membaca artikel
M Nurhadi
Selasa, 09 Maret 2021 | 18:55 WIB
ILUSTRASI - Pasien reaktif dikebumikan dengan protokol Covid-19 di Desa Pesouha, Kecamatan Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Antara/Darwis Sarkani

SuaraBanten.id - Seorang pasien virus corona dikabarkan mengalami ereksi menyakitkan hingga tiga jam akibat sebuah penyakit yang dideritanya. Akibatnya, ia meninggal dunia setelah mengalami komplikasi termasuk masalah pernafasan.

Pasien berusia 69 tahun yang berasal dari dari Ohio itu didagnosis secara medis sebagai priapism dan sudah dirawat di Rumah Sakit Miami Valley sejak Agustus dengan keluhan sesak nafas.

Berdasarkan diagnosis dokter, sesak napas yang parah mengakibatkan pembengkakan hingga membuat cairan menumpuk di dalam paru-parunya. Kesehatannya terus memburuk sejak paru-parunya tidak berfungsi dalam 10 hari perawatan.

Tenaga medis biasanya membuatnya tertidur tengkurap guna membantu menghirup udara di sekitar tubuhnya. Namun, saat ia dibalikkan pada sore hari, ia mengalami ereksi parah hingga tiga jam dan mengeluarkan darah.

Baca Juga: Titik Terang, Ilmuwan Membuat Obat Covid-19 Oral yang Dinilai Menjanjikan

Melansir dari The American Journal of American Medicine, tenaga kesehatan melaporkan pasien itu mengalami penggumpalan darah di penis sehingga para nakes mengoleskan es kompres untuk mengurangi pembengkakan.

Dokter juga memberikan dorongan aliran darah dari penis menggunakan jarus suntik. Nahas, pasien itu gagal diselamatkan saat paru-parunya gagal berfungsi.

Laporan medis menyebut, corpora cavernosa atau bilik jaringan di dalam penisnya mengalami ketegangan sementara ujungnya tidak.

Pasien tersebut didiagnosis priapisme aliran rendah, yakni saat darah terperangkap di ruang ereksi yang diduga disebabkan oleh gumpalan darah.

Dokter yang menangani kasus ini menyebut, pembengkakan pada penis sempat terhenti setelah penis pasien dikeringkan dan pemberian infus dengan obat pencegah pembekuan darah.

Baca Juga: Dua Orang di Kalimantan Terinfeksi Virus Corona B117, Begini Kondisinya

Berkaitan dengan hal ini, para praktisi kesehatan belum mengetahui secara pasti apakah virus corona bisa menyebabkan penyumbatan aliran darah.

Namun, mereka lebih yakin dengan teori bahwa reaksi itu merupakan dampak berlebih dari kekebalan yang disebut 'badai sitokin', yang menyebabkan tubuh menyerang jaringan sehat.

"Kami belum melihat kasus priapisme terkait Covid seperti ini dan kami telah menangani lebih banyak pasien Covid daripada rumah sakit Eropa lainnya sejauh yang saya ketahui, jadi ini jelas merupakan manifestasi yang langka tetapi dapat dijelaskan dari Covid," ucap Dr Viney mengatakan kepada MailOnline.

"Pada pasien ini, ia memiliki priapisme aliran rendah yang pasti cocok dengan mikroemboli (gumpalan kecil terbentuk di pembuluh darah yang lebih kecil) dan ini adalah salah satu komplikasi Covid yang kita lihat di banyak sistem organ lain," jelasnya, melansir Batamnews (jaringan Suara.com).

Untuk informasi, priapisme juga ditemukan pada pria dengan penyakit sel sabit, leukemia (kanker darah), atau malaria, tetapi dapat terjadi secara acak tanpa pemicu apa pun.

Kasus serupa ditemukan pada sepertiga pasien yang terinfeksi virus corona. Saat gumpalan menghalangi arteri atau vena, hal itu dapat memicu serangan jantung dan stroke yang fatal hingga mengarah pada priapisme.

Sebelumnya, kakek berusia 62 tahun dari Prancis menderita kondisi serupa usai didiagnosis positif Covid-19. Beruntung, ia mampu bertahan dan kini negatif.

Dijelaskan Myriam Lamamri, seorang dokter perawatan intensif yang merawat pasien tersebut menjelaskan, besar kemungkinan pasien tersebut mengalami penyumbatan darah.

Load More