Scroll untuk membaca artikel
Dythia Novianty
Selasa, 09 Maret 2021 | 08:13 WIB
Ilustrasi penipuan. [ANTARA]

SuaraBanten.id - Amsyong! Niat membantu, seorang pemuda di Kota Tangerang Selatan justru apes jadi korban penipuan.

Nasib apes itu dialami Imam. Ibarat pepatah, seperti air susu yang dibalas dengan air tuba. Niat menolong temannya, dia malah rugi Rp 160 juta.

IF jadi korban penipuan oleh teman yang dia kenal di tempat karantina Rumah Lawan Covid-19 (RLC) Serpong, Tangsel.

Dia adalah remaja bernama SPS, yang mengaku sebagai pejabat Kasubag Keuangan di Kementerian Dalam Negeri regional Jakarta.

Baca Juga: Pemprov Kaltim: Waspada Penipuan Pengadaan Lahan IKN

IF bercerita, dia mengenal Stiven saat menjalani karantina bersama karena terpapar Covid-19. Keduanya melakukan karantina di RLC Serpong, Tangsel pada Desember 2020.

Saat itu, IF percaya bahwa Stiven merupakan pegawai di Kemendagri. Hal itu, lantaran SPS dianggap piawai dalam bercerita sehingga meyakinkan dirinya.

Suatu ketika, kata IF, SPS mulai meminjam uang kepada dirinya untuk membeli laptop.

"Awalnya, dia pinjam uang dengan alasan ingin membeli laptop untuk kerja. Waktu itu, saya udah keluar dari RLC tapi dia masih di dalem. Dia pinjem dengan alasan akan membayar setelah dana hibah akhir tahunnya cairnya. Saat itu tidak curiga dan saya pinjamkan," kata IF usai membuat laporan penipuan di Polres Tangsel, Selasa (9/3/2021).

Saat itu, SPS pun mengiming-imingi akan memberikan laptop kepada IF menggunakan uang hasil pinjaman tersebut.

Baca Juga: Tertipu Pacar, Seorang Wanita Tega Kuras Rekening Ibu hingga Rp 1,4 M

Pada akhir Desember 2020, SPS pun kembali menghubungi IF. Bahkan, SPS mendatanginya di kontrakannya di Pondok Jagung, Pondok Aren dengan seragam dan atribut lengkap sebagai pegawai di Kemendagri.

"Dia datang ke kosn saya pakai atribut lengkap pegawai Kemendagri. Banyak mengobrol pekerjaan dan saat itu saya juga masih percaya. Tapi ujung-ujungnya dia minjem duit lagi," paparnya.

Tak berhenti di situ, IF yang berprofesi sebagai karyawan manufacturing itu menuturkan, SPS kembali meminjam uang kepadanya.

Alasannya pun beragam, mulai dari beli laptop hingga untuk mengurusi pemakaman neneknya di Medan.

"Alesannya itu pertama untuk beli laptop, terus untuk urus beasiswa, lalu untuk urus opung atau neneknya di Medan dan ada juga alesan karena orangtuanya sakit," tuturnya.

IF mulai curiga, ketika pembayaran piutangnya telat dari tanggal yang dijanjikan pada Januari 2021.

Meski sudah menagih, tetapi sia-sia lantaran alasannya sama, dana hibah akhir tahun belum cair.

IF kemudian berinisiatif untuk memastikan kepastian status SPS yang meengaku pegawai di Kemendagri. Dia pun tercengang, setelah mengetahui bahwa nama SPS tak pernah tercatat sebagai pegawai Kemendagri.

"Nama SPS ternyata enggak pernah jadi pegawai di Kemendagri. Lalu info dari teman saya, dilihat dari foto id-cardnya pun tidak sesuai. Harusnya fotonya pakai seragam coklat, bukan putih," ungkap Sarjana Hukum tersebut.

Ternyata, IF tak sendiri menjadi korban penipuan SPS yang mengaku oknum pegawai Kemendagri itu. Ada tiga penyintas Covid-19 yang karantina di RLC juga menjadi korbannya.

"Amsyong, niat bantu malah kena tipu. Selain itu, dari luar juga masih ada lagi. Karena waktu saya ke rumahnya di Reni Jaya Pamulang, ternyata ada juga orang yang lagi nyari dia," tukasnya.

Kini, dirinya berharap laporan yang dia buat ke Polres Tangsel segera ditindak lanjuti. Dia pun masih berharap, SPS memiliki niat untuk menyelesaikan masalah tersebut.

"Kalau memang tak ada kabar, kita minta polisi usut tuntas dan segera ditindak. Saat ini saya juga masih menelusuri dan mengumpulkan orang yang jadi korbannya," pungkasnya.

Kontributor : Wivy Hikmatullah

Load More