Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 01 Februari 2021 | 14:53 WIB
Tempat Pembuangan Sampah Akhir atau TPSA Cilowong, Kecamatan Taktakan, Kota Serang, Banten, longsor, Selasa (1/1/2019) sore. Dua warga yang tengah beraktivitas di lokasi diduga tertimbun. [BantenHits]

SuaraBanten.id - Kota Serang banjir sampaj selama pandemi COVID-19. Sebanyak 800 ton sampah dibuang ke TPA Cilowong setiap hari.

Ditambah armada pengangkut dan sumber daya manusia (SDM) untuk menangani sampah terbatas. Ini membuat Pemerintah Kota Serang kewalahan menangani sampah.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Serang, Ipyanto mengatakan, selama pandemi COVID-19, sampah di Kota Serang mencapai 800 ton setiap hari.

Sementara armada yang dimiliki DLH hanya 35, itu dirasa kurang ideal.

Baca Juga: Kasus Virus Corona Covid-19 di Prancis Hampir 3,2 Juta

“Termasuk yang 6 kendaraan yang baru, petugas kebersihan juga di lapangan hanya 350 orang, kalau kita ambil contoh daerah lain terus terang saja menurut saya tidak adil, karena mereka di gajih bawah UMR dan gajinya di potong BPJS dan Jamsostek,” katanya.

Kondisi ini juga diperparah dengan pengelolaan sampah di Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPSA) Cilowong, Kecamatan Taktakan yang tidak optimal.
Ditambah TPSA itu juga digunakan oleh Pemkab Serang dalam membuang sampah.

Meski demikian, Pemkot Serang suka tidak suka, mau tidak mau menerima hal tersebut, mengingat sejak awal dibangun pada 5 April 1995 TPSA tersebut berada di wilayah Kabupaten Serang.

“(Namun) pada tahun 2008 itu diserahkan dari Kabupaten ke kami (Kota Serang), sekarang ketebalan sampah di TPSA Cilowong sudah mencapai 15 meter,” pungkasnya.

Baca Juga: Tokoh Siak Disuntik Vaksin Covid-19 Tahap Pertama, Bupati Alfedri Batal

Load More