Scroll untuk membaca artikel
Vania Rossa | Dini Afrianti Efendi
Jum'at, 06 November 2020 | 11:00 WIB
Ilustrasi multitasking saat WFH. (Shutterstock)

SuaraBanten.id - Mulai sekarang, jangan lagi memaksakan diri untuk melakukan berbagai aktivitas dalam waktu bersamaan, atau dikenal dengan multitasking. Misalnya, berjalan sambil chatting atau membalas email di ponsel, atau menyetir sambil berdandan. Meski kadang cukup membanggakan disebut jago multitasking, faktanya multitasking bisa menyebabkan kerusakan otak.

Mengutip laman Business Insider, jika multitasking berdampak buruk pada produktivitas pekerjaan, itu adalah dampak atau tanda penurunan kinerja otak sehingga otak tidak bisa bekerja maksimal.

"Ketika orang mengira mampu melakukan banyak tugas, tapi sebenarnya mereka hanyalah beralih dari satu tugas ke tugas lain dengan sangat cepat. Dan setiap kali mereka melakukannnya, ada dampak kognitif yang dialaminya," ujar ahli saraf di MIT, Earl Miller.

Miller mengingatkan bahwa otak tidak akan mampu terhubung dengan banyak tugas, dan fungsinya tidak bisa bekerja maksimal.

Baca Juga: Simak, 3 Kebiasaan yang Bikin Migrain selama WFH dan Cara Mengatasinya

Multitasking juga meningkatkan hormon kortisol atau dikenal dengan hormon stres, yang dapat merangsang otak bekerja berlebihan dan menyebabkan kabut mental atau pikiran yang kacau.

Itu sebabnya, sangatlah wajar jika di masa pandemi Covid-19 ini banyak orang mengalami gangguan kesehatan mental. Ini karena meski mereka bekerja dari rumah, mereka dituntut untuk multitasking. Misalnya saja, seorang ibu pekerja harus bisa melakukan berbagai aktivitas secara bersamaan di jam yang sama. Ibu bekerja di depan layar, mendampingi anak yang belajar dari rumah, hingga melakukan sederet mengurus rumah seperti bersih-bersih, memasak, dan sebagainya.

Load More