SuaraBanten.id - Sebanyak 106 guru yang ada di Kota Serang enggan mengikuti kegiatan rapid test yang digelar Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat lantaran takut.
Kepala Bidang Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Serang Ratu Ani Nuraeni mengemukakan, seharusnya ada sekitar 200 guru yang wajib mengikuti rapid test pada Jumat (14/8/2020).
Namun hingga pukul 11.30 WIB, hanya ada 94 orang saja yang datang.
"Kita mendapatkan perintah dari Dindik, untuk merapid test sebanyak 200 orang. Dan berdasarkan data, baru datang sebanyak 94 orang. Berstatus kepala sekolah dan guru SD dan SMP, yang di instruksikan oleh Dindik," katanya pada Jumat (14/08/2020).
Ratu Ani mengaku mendapatkan informasi kalau 106 guru yang tidak mengikuti rapid test karena takut.
Dinkes menyarankan agar tenaga pengajar itu mengikuti rapid test sebelum melakukan kegiatan KBM pada Selasa, 18 Agustus 2020 mendatang.
"Tadi saya mendengar dari rekan-rekan (guru) yang datang, (alasannya) takut di rapid. Bingung juga kita, kalau gurunya takut (rapid test) gimana muridnya. Sementara kegiatan belajar tatap muka, kita harus jamin gurunya itu sehat dulu," jelasnya.
Para guru yang datang diperiksa kesehatannya oleh Dinkes Kota Serang di Sanggar Kelompok Belajar (SKB) Kecamatan Cipocok untuk mengetahui kondisi kesehatannya, terutama hasil rapid testnya harus non reaktif.
Sementara, Wali Kota Serang Safrudin mengemukakan, seluruh guru diwajibkan memeriksakan kesehatannya di dinkes untuk menjamin tenaga pengajar itu bebas dari Covid-19.
Baca Juga: Kabar Baik untuk Siswa di Serang, Sekolah Tatap Muka Dibuka pada 18 Agustus
"Kegiatan belajar mengajar yang akan dibuka pada tanggal 18 Agustus. Kami berharap kepada guru di Kota Serang ini, bisa merapid test dulu gurunya. Kemudian gurunya dalam kondisi sehat, kemudian dilanjutkan dengan proses belajar mengajar tatap muka," katanya.
Dia mengemukakan, protokol kesehatan akan diterapkan sebelum dan selama proses belajar mengajar.
Seluruh siswa dan guru wajib mencuci tangan, menggunakan sanitizer, menjaga jarak tempat duduk siswa, memakai masker hingga mengecek suhu tubuh.
Jika dalam kegiatan KBM ada siswa maupun guru yang positif Covid-19, maka sekolah tersebut akan ditutup kembali dan kegiatan belajar mengajar dihentikan.
"Kalau (siswa) sampai ada yang kena (positif Covid-19), tidak diharuskan untuk sekolah, kemudian diobati. Jika ada penularan di satu sekolah, satu lingkungan ini, maka kita akan tutup kembali," jelasnya.
Kontributor : Yandhi Deslatama
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Rekomendasi Body Lotion dengan SPF 50 untuk Usia 40 Tahun ke Atas
- 5 Mobil Bekas Sekelas Honda Jazz untuk Mahasiswa yang Lebih Murah
- 26 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 13 November: Klaim Ribuan Gems dan FootyVerse 111-113
- Biodata dan Pendidikan Gus Elham Yahya yang Viral Cium Anak Kecil
- 5 Pilihan Bedak Padat Wardah untuk Samarkan Garis Halus Usia 40-an, Harga Terjangkau
Pilihan
-
Bobibos Ramai Dibicarakan! Pakar: Wajib Lolos Uji Kelayakan Sebelum Dijual Massal
-
Video Brutal Latja SPN Polda NTT Bocor, Dua Siswa Dipukuli Senior Bikin Publik Murka
-
Rolas Sitinjak: Kriminalisasi Busuk dalam Kasus Tambang Ilegal PT Position, Polisi Pun Jadi Korban
-
Menkeu Purbaya Ungkap Ada K/L yang Balikin Duit Rp3,5 T Gara-Gara Tak Sanggup Belanja!
-
Vinfast Serius Garap Pasar Indonesia, Ini Strategi di Tengah Gempuran Mobil China
Terkini
-
BRI Perkuat UMKM Lewat Ribuan Program Pemberdayaan dan Torehkan Kinerja Keuangan Positif
-
AgenBRILink Jangkau 80% Desa Indonesia, Perkuat Inklusi Keuangan dan Ekonomi Kerakyatan
-
Lewat CSR, ASG Perkuat Infrastruktur Kesehatan Kota Serang dengan Enam Ambulans
-
Jejak 37 Pahlawan Muda di Lengkong: Mensos Gus Ipul Ungkap 2 Kunci Penting Karakter Bangsa
-
BRIVolution BRI Perkuat Ekosistem Digital dan Dorong Dana Murah Berkelanjutan