Scroll untuk membaca artikel
Pebriansyah Ariefana
Senin, 22 Juni 2020 | 10:41 WIB
[Suara.com/Aldie Syaf Bhuana]

Sebelumnya, dia dikenal sebagai pria yang tak ragu menggunakan kekerasan di kawasan ibu kota Jakarta.

Kebebasan dan kekuasaannya runtuh setelah pengadilan menjatuhkan vonis 16 tahun penjara atas kasus pembunuhan Bos Sanex Steel Indonesia,Tan Harry Tantono, pertengahan 2013, lima tahun silam.

Putusan pengadilan itu sekaligus membawa John Kei harus diungsikan dari Lapas Salemba Jakarta ke pulau penjara Nusakambangan.

Di tempat baru, John Kei menempati penjara berkeamanan super maksimum, sebuah blok khusus bagi narapidana yang dianggap berisiko tinggi, selama tiga bulan.

Baca Juga: DOR... DOR! Polisi Lepaskan Tembakan di Markas John Kei

Para napi di lapas ini mendapat perlakuan berbeda. Satu napi ditempatkan dalam satu kamar yang dilengkapi kamera pengintai sepanjang waktu. Semua aktivitasnya terpantau dan terekam.

Ransum makan dikirimkan ke kamar masing-masing. Napi tidak dapat berbicara dengan napi lainnya. Kunjungan keluarga dibatasi. Bahkan, napi hanya berhak keluar sel maksimal sejam dalam satu hari.

Kelar tiga bulan mendekam di sel khusus, John Kei dipindahkan ke Lapas Permisan yang berkategori medium risk atau risiko menengah. Masih bagian dari Nusakambangan.

Pria kelahiran Pulau Kei di Maluku itu berkesempatan berinteraksi dengan manusia. Dia juga mulai diajari untuk memiliki keterampilan.

Ternyata, John Kei memilih untuk belajar membatik. Keren.

Baca Juga: Detik-detik Penyerangan Berdarah Green Lake City, John Kei Ditangkap

Pada sela-sela kesibukannya membatik, John Kei menghabiskan waktu untuk membaca dan beribadah.

Load More