Scroll untuk membaca artikel
Bangun Santoso
Minggu, 16 Februari 2020 | 15:14 WIB
Rusli dan anaknya Viola yang didiagnosis menderita kelainan jantung. (Suara.com/Saepulloh)

SuaraBanten.id - Setiap ayah tentu akan melakukan apapun untuk memastikan anak-anaknya hidup dengan sehat. Hal inilah yang dialami seorang ayah di Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, Rusli La'ia (41) yang tengah berjuang untuk kesembuhan buah hatinya Viola Pratiwi La'ia (7).

Anak keduanya itu diduga mengidap kelainan jantung yang disebut-disebut sejak lahir dan baru diketahui setahun belakangan. Akibat penyakit yang diidapnya, 10 gigi milik bocah kelas 2 SD itu rusak. Bahkan karena seringnya berobat, tubuh Viola kini penuh akan bekas tusukan jarum suntik.

Viola sudah setahun lebih menjalani pengobatan di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta. Perjuangan Rusli untuk bisa membawa anaknya ke Jakarta bukan perkara mudah. Mengingat dirinya termasuk warga yang tergolong kurang mampu. Ia hanya bermodal nekat dan berjuangan semampunya demi kesembuhan buah hatinya.

Saat ditemui Suara.com di rumahnya di Kampung Cirendeu, Desa Babakan Lor, Kecamatan Cikedal, Kabupaten Pandeglang, Rusli menceritakan perjuangannya supaya Viola mendapatkan penanganan medis selama satu tahun lebih dari Pandeglang hingga ke Jakarta.

Baca Juga: Dikit Lagi, Vokalis Jamrud Krisyanto Lewati Tahapan Awal Pilkada Pandeglang

Menurutnya, Viola baru diketahui memiliki kelainan jantung setelah ditangani oleh salah satu dokter di Kecamatan Labuan, termasuk diagnosa RSUD Berkah Pandeglang.

"Ketahuannya pas umur 6,5 tahun setelah dirawat oleh dokter Wirdani di Labuan (setelah) ditangani selama dua bulan, dari situ saya mengetahui anak saya Viola mengidap kelainan jantung," ungkap Rusli, Minggu (17/2/2020).

Lantaran kondisi Viola kritis, akhirnya ia dirujuk ke RSUD Berkah Pandeglang selama sepekan. Karena tidak memiliki BPJS, Viola dirawat menggunakan fasilitas layanan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM) yang kini berubah menjadi Surat Keterangan Miskin (SKM).

Sayang biaya itu pun tidak sepenuhnya ditanggung dari layanan SKTM, ada biaya tambahan yang harus Rusli keluarkan sendiri, karena layanan SKM hanya menanggung biaya pengobatannya sebesar Rp 5 juta.

"Anak saya waktu itu lagi kritis, dirawat selama seminggu. begitu pula setelah di (rawat di RSUD Berkah) Pandeglang jelas anak saya ada kelainan jantung," kata Rusli.

Baca Juga: Sebut Islam Haramkan Valentine, MUI Pandeglang Ajak Anak Muda Istigasah

Karena kondisinya terus memburuk, bapak tiga anak ini akhirnya meminta anaknya dirujuk ke rumah sakit yang lebih baik. Rumah Sakit Harapan Kita di Jakarta dipilih Rusli. Dari situlah ia baru membuat BPJS mandiri untuk pengobatan Viola. Baru bulan ini status BPJS dialihkan mendapatkan Penerima Bantuan Iuran (PBI) setelah diusulkan ke Dinas Kesehatan setempat.

Pinjam Uang Masjid

Viola saat dirawat di rumah sakit. (Foto: Istimewa)

Untuk bisa berobat ke rumah Sakit Harapan Kita, bermodal BPJS saja pun tak cukup. Rusli, pria asal Medan yang berprofesi sebagai penjual kopi keliling ini penghasilannya tidak menentu, kadang hanya cukup untuk kebutuhan hidup sehari.

Ia akhirnya nekat meminjam uang masjid di kampungnya sebesar Rp 5 juta untuk membuat BPJS dan ongkos ke Jakarta.

"Sampai-sampai pinjam uang masjid di masyarakat sini Rp 5 juta," ungkap Rusli.

Beruntung utang tersebut sudah ia lunasi, itu pun setelah mendapatkan bantuan dari pihak sekolah Viola. Setelah di Jakarta Viola akhirnya mendapatkan penanganan medis yang maksimal. Sejak itu pula Rusli dan Viola harus bolak balik ke Jakarta untuk mendapatkan penanganan medis dan kontrol dengan menggunakan angkutan umum.

"Bolak balik saja, kadang dia dirawat nginap seminggu, kadang dua minggu, kadang sebulan dan terakhir ini 23 hari dirawat," ucapnya.

Kendati demikian, sampai saat ini Viola belum mendapatkan tindakan operasi pada bagian jantungnya. Menurut Rusli, ada sejumlah alasan kenapa Viola belum dilakukan operasi padahal sudah beberapa kali mendapatkan jadwal operasi dari pihak rumah sakit.

Kata dia, Viola saat itu tidak bisa dioperasikan karena pemulihan giginya yang membutuhkan waktu cukup lama, lalu kemudian mendapatkan jadwal kembali, sayang Viola gagal mengatur pola makan hingga kekurangan kalium. Dokter hanya menyarankan Viola mengkonsumsi buah-buahan. Terbaru, Viola juga gagal di operasi karena Rusli tak memiliki ongkos untuk membawa Viola ke Jakarta.

"Kalau dibawa pulang harus dijaga pola makan. Bagaimana saya bisa menjaga pola makan, kebutuhan saja gak kekejar, kadang saya harus jualan. Dan saya pun mendapat jadwal (lagi), tapi tak datang, tak ada ongkos," ucap Rusli.

Rusli mengaku tak tega melihat putrinya jika penyakitnya tengah kambuh dan menahan rasa sakit. Sekujur tubuhnya akan berubah membengkak.

Sebagi penjual kopi keliling yang biasa mangkal di Merak Cilegon, Rusli harus berbagi pendapatan yang tak menentu untuk kebutuhan dapur dan kontrol Viola ke Jakarta. Ia mengaku hampir putus asa dengan kondisi tersebut.

"Pendapatan tak pasti, kalau ada pendapatan saya langsung balik, kadang seminggu jualan kalau udah dapat uang baru balik. sebab di sini selain Viola ada yang sekolah. Cuman paling gede biayanya untuk Viola ini. Kalau dihitung-hitung kebutuhan hampir tak mampu saya," keluhnya.

"Pas ada rejeki (Viola) dibawa untuk kontrol, kalau tak ada saya ditunda. Kadang kehabisan obat, ke Pandeglang saja kita hampir-hampir gak ada ongkos gak datang untuk mengambil obat," sambungnya.

Mirisnya lagi, saat ia di Jakarta selama 23 hari kemarin, istri dan kedua anaknya yang masih tinggal di mertuanya hampir gak makan karena tidak memiliki beras. Ia berharap, ada dermawan yang bisa menyumbangkan hartanya baik untuk biaya di Jakarta dan keluarganya. Sebab hari Kamis depan ia akan membawa kembali Viola ke rumah Sakit menunggu jadwal operasi.

"23 hari saya tinggalkan, sampai (di rumah) gak ada beras," ucapnya pilu.

Karena penyakitnya itu, kini Viola sudah tak mampu bersekolah lagi. Rusli mengatakan, dirinya sudah meminta izin kepada pihak sekolah untuk menerima Viola kembali jika Viola sudah sembuh. Rusli mengaku akan berusaha semaksimal mungkin supaya anak bisa sembuh kembali agar mendapatkan hak pendidikan yang layak.

"Seberapa pun kesempatan saya akan bawa anak saya (berobat) karena dia harus punya masa depan," tutup Rusli.

Kontributor : Saepulloh

Load More