Sri Baduga Maharaja memang dikenal sebagai sosok pemimpin yang memegang teguh asas kesetaraan dalam kehidupan sosial
Runtuhnya Kerajaan Pajajaran
Memasuki abad ke-15 banyak kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang lengser ditaklukkan oleh pengaruh Islam di Nusantara. Keadaan tersebut sampai juga mengancam tanah Pasundan pada abad ke-16.
Ada berbagai cara guna mempertahankan kerajaan Hindu-Budha salah satunya dengan raja Sunda memindahkan pusat pemerintahannya dari Kawali (Ciamis) ke Pakuan (Bogor). Kerajaan Sunda di Pakuan Pajajaran pun menjadi benteng terakhir mempertahankan ajaran Hindu-Budha di Nusantara.
Baca Juga:Kontroversi Iskandar Jamaludin Firdos Klaim Raja Kerajaan Angling Darma Berujung Bantahan
Kerajaan Pajajaran runtuh pada 1579 akibat serangan dari kerajaan Sunda lain yang bercorak Islam yaitu Kesultanan Banten. Berakhirnya kekuasaan Pajajaran ditandai dengan memboyong Palangka Sriman Sriwacana atau singgasana raja, dari Pakuan ke Surosowan di Banten oleh pasukan Maulana Yusuf.
Asal Nama Pakuan dan Pajajaran
1. Bersumber dari naskah Carita Waruga Guru (1750an), diterangkan bahwa nama Pakuan Pajajaran didasarkan bahwa di lokasi tersebut terdapat sejumlah pohon Pakujajar.
2. Menurut H.tem Dam (1975) yaitu seorang pakar pertanian ia berpendapat bahwa “pakuan” bukanlah nama, melainkan kata benda umum yang artinya ibukota atau hoffstad yang wajib dibedakan dari kata keraton.
Kata “Pajajaran” ditinjaunya berdasarkan kondisi topografi. Ten Dam menarik kesimpulan bahwa nama “Pajajaran” muncul untuk sebagian kilometer Ci Liwung dan Ci Sadane mengalir sejajar. Jadi, Pakuan Pajajaran dalam pengertian Ten Dam merupakan Pakuan di Pajajaran.
Baca Juga:Gempuran Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC
Daftar Nama Raja Kerajaan Pajajaran