Meninggal 10 Hari Usai Divaksin, Korban Alami Demam Sakit Kepala dan Mual

Korban yang merupakan ibu dua anak itu bernama Juita Lydia Tiwa (30) mengembuskan napas terakhir pada hari Minggu (18/7/2021).

Hairul Alwan
Rabu, 21 Juli 2021 | 12:36 WIB
Meninggal 10 Hari Usai Divaksin, Korban Alami Demam Sakit Kepala dan Mual
ILUStrasy vaksinasi. (Dok: Istimewa)

SuaraBanten.id - Kabar wanita meninggal 10 hari usai divaksin baru-baru ini menjadi sorotan publik.

Wanita meninggal 10 hari usai divaksin alami demam, sakit kepala dan mual.

Menurut informasi wanita meninggal 10 hari usai divaksin merupakan warga asal Desa Motoling Dua, Kecamatan Motoling, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel).

Korban yang merupakan ibu dua anak itu bernama Juita Lydia Tiwa (30) mengembuskan napas terakhir pada hari Minggu (18/7/2021).

Baca Juga:5 Makanan yang Bisa Kurangi Masalah Perut Kembung, Apa Saja?

Wanita itu disebutkan mengalami demam, sakit kepala, dan mual usai divaksin.

Karenanya, keluarga meyakini bahwa Juita meninggal dunia karena suntikan vaksin Corona yang didapatkannya.

Dugaan pihak keluarga merujuk dari kondisi Juita yang awalnya sehat sebelum divaksin, tapi tiba-tiba langsung mengalami sakit setelah mendapatkan suntikan vaksin tersebut.

suami Juita, Michael Sigarlaki mengaku gejala awal yang didapatkan istrinya usai divaksin adalah demam.

Setelah demam, istri yang dinikahinya selama tujuh tahun itu lantas mengalami sakit kepala dan mual-mual.

Baca Juga:Termasuk Memilih Tempat Duduk, Berikut 6 Tips Hindari Mabuk Perjalanan

“Awalnya seperti anjuran setelah selesai vaksin, kami beri obat, tapi tak kunjung mereda gejalanya,” jelas Michael, dikutip dari terkini.id-Jaringan Suara.com pada Selasa, 20 Juli 2021.

“Setelah empat hari, saya bawa ke Puskesmas Motoling untuk mendapatkan pemeriksaan,” ungkapnya

Menurut Michael, petugas puskesmas kemudian memberikan obat untuk diminum serta meminta agar Juita beristirahat total sembari makan yang banyak untuk memulihkan kondisinya.

Saat dibawa ke puskesmas itu, Michael sempat merasa aneh karena tidak ada tindakan untuk merujuk istrinya ke rumah sakit, padahal waktu itu tensi darah istrinya ada di angka 70 per 40.

Lebih lanjut, menurut Michael, kondisi sang istri tidak berubah setelah mengunjungi puskesmas tersebut.

Kemudian pada Sabtu, 17 Juli 2021, akhirnya Juita kembali dibawa ke puskesmas oleh saudaranya.

Akan tetapi, lagi-lagi dari pihak puskesmas tidak ada tindakan lanjutan dan hanya diberikan vitamin.

“Puncaknya Minggu. Istri saya kembali drop. Saya langsung bawa ke Rumah Sakit Cantia di Desa Tompaso Baru, tapi setelah diobservasi, HB istri saya tinggal 2,4 sehingga langsung dirujuk ke RSUP Prof Kandouw di Manado. Tapi, istri saya meninggal saat dalam perjalanan itu,” curhat Michael sedih.

Ia sendiri mengaku merupakan orang yang sangat mendukung kegiatan vaksinasi Covid-19 yang dilakukan oleh Pemerintah saat ini.

Namun, dirinya tak memungkiri adanya penyesalan karena Pemerintah dan pihak-pihak terkait tidak responsif serta tidak memberikan pemahaman kepada warga terkait dampak yang bisa terjadi usai vaksin, termasuk tempat konsultasi.

“Saya berharap kejadian yang menimpa istri saya itu tidak terjadi di tempat-tempat lain. Harusnya Pemerintah taruh orang atau tenaga yang bisa diajak konsultasi kalau ada gejala seperti yang terjadi pada istri saya,” jelasnya.

“Terus terang, saya bingung mau bertanya di mana atau pergi ke siapa ketika istri saya timbul gejala karena memang tidak ada tenaga yang disiapkan untuk itu. Ini harusnya jadi pembelajaran,” pungkas Michael.

Sementara itu, Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Sulawesi Utara, mengaku belum mengetahui kasus warga Minsel yang meninggal dunia usai divaksin.

Merry Pasorong, anggota Satgas, mengatakan jika ada Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), maka prosedurnya adalah harus ada laporan yang berisi data yang valid dari lapangan.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perlu waktu untuk melakukan investigasi jika ada kejadian-kejadian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini