Melihat Sejarah Masjid Agung Banten Karya Arsitektur Cina dan Belanda

Masjid Agung Banten tak terlepas dari karya arsitektur Cina dan Belanda

Hairul Alwan
Selasa, 04 Mei 2021 | 14:15 WIB
Melihat Sejarah Masjid Agung Banten Karya Arsitektur Cina dan Belanda
Wisatawan berfoto dengan latar menara Masjid Agung Banten Lama, Jumat (25/12/20). (Suara.com/ Ahmad Haris)

SuaraBanten.id - Melihat Sejarah Masjid Agung Banten Karya Arsitektur Cina dan Belanda

Masjid Agung Banten tak terlepas dari karya arsitektur Cina dan Belanda. Majid Agung Banten menjadi salah satu destinasi Wisata Banten. Dilihat dari arsitiketur Masjid Agung Banten sudah sangat berumur.

Banten salah satu provinsi yang berdekatan langsung dengan ibu kota, kaya destinasi pariwisata yang banyak dikunjungi para wisatawan, mulai dari wisata alam, kuliner wisata edukasi bahkan wisata religi.

Destinasi wisata di Banten tak hanya terkenal dengan wisata pantai yang indah kerap kali di kunjungi para wisatawan, tetapi wisata religi salah satunya Masjid Agung Banten. Masjid ini selama satu masjid tertua di Indonesia yang kaya dengan nilai sejarah, sebab itulah banyak penziarah yang berdatangan dari berbagai daerah. Konon masjid ini dibangun oleh arsitek dari Cina dan Belanda.

Baca Juga:Awas Copet! Pengunjung Harap Hati-hati di Wisata Ziarah Banten Lama

Masjid ini menjadi sejarah sebagai tempat penyebaran Islam di tanah jawara, bahkan kini masjid tersebut sering menjadi top of mind tentang Banten, di samping itu bentuk menaranya yang sangat mirip dengan bentuk sebuah bangunan mercusuar.

Bangunan bersejarah ini berdiri megah ini terletak di Desa Banten Lama, Kecamatan Kasemen, Kota Serang. Lokasinya sekitar 10 kilometer sebelah utara Kota Serang. Akses ke lokasi dapat dituju dengan kendaraan pribadi atau kendaraan umum. Dari terminal Terminal Pakupatan, Serang menggunakan bis jurusan Banten Lama atau mencarter mobil angkutan kota menuju lokasi selama lebih kurang setengah jam.

Arsitektur dan Bangunan Masjid Agung

Dikutip dari situs Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pitu (DPMPTS) Provinsi Banten, salah satu kekhasan yang tampak dari masjid ini adalah atap bangunan utama yang bertumpuk lima, mirip pagoda Tiongkok yang juga merupakan karya arsitek Tionghoa yang bernama Tjek Ban Tjut. Dua buah serambi yang dibangun kemudian menjadi pelengkap di sisi utara dan selatan bangunan utama.

Masjid Agung Banten juga memiliki paviliun tambahan yang terletak di sisi selatan bangunan inti Masjid ini. Paviliun dua lantai ini dinamakan Tiyamah. Berbentuk persegi panjang dengan gaya arsitektur Belanda kuno, bangunan ini dirancang oleh seorang arsitek Belanda bernama Hendick Lucasz Cardeel.

Baca Juga:Waspada Copet Wisata Ziarah Banten Lama, pelaku Pake Sorban dan Kerudung

Di masjid ini juga terdapat kompleks pemakaman sultan-sultan Banten serta keluarganya. Yaitu makam Sultan Maulana Hasanuddin dan istrinya, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan Abu Nasir Abdul Qohhar. Sementara di sisi utara serambi selatan terdapat makam Sultan Maulana Muhammad dan Sultan Zainul Abidin, dan lainnya

Dikutip dari laman, Sistem Informasi Masjid (Simas) Kementerian Agama, Bangunan kompleks Masjid Agung Banten memiliki luas tanah 1,3 hektar yang dikelilingi pagar tembak setinggi satu meter. Pada sisi tembok timur dan masing-masing terdapat dua buah gapura dibagian utara dan selatan yang letaknya sejajar.

Bangunan Masjid menghadap ketimur berdiri diatas pondasi masif dengan ketingggian satu meter dari halaman. Bangunan ruang utama berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 25 x 19 meter. lantai terbuat dari ubin berukuran 30 x 30 cm berwarna hijau muda dan dibatasi dinding pada keempat sisinya.

Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur. Pada dinding ini terdapat empat pintu (dengan lubang angin) yang merupakan pintu masuk utama. Pintu terletak dengan bidang segi empat dari dinding yang menanjal berukuran 174 x 98 dengan dua daun pintu dari kayu.

Bagian atas pintu berbentuk lengkung setengah lingkaran. Lubang angin pada dinding timur ada dua buah yang mengapit pintu, pintu paling selatan berbentuk persegi panjang dan di dalamnya terdapat hiasan motif kertas tempel, Dinding barat tersebut berhiaskan pelipit rata, penyangga, setengah Iingkaran dan pelipit cekung.

Dinding sisi utara membatasi ruang utama dengan serambi utama dengan sebuah pintu masuk berbentuk empat persegi panjang ukuran 240 x 125 centimeter, berdaun pintu dua buah dari kayu. Jendela pada dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran 180 x 152 centimeter. Sedangkan dinding selatan hanya mempunyai satu pintu yang menghubungkan ruang utama dengan pawestren di dekat sudut barat dinding.

Menara Masjid Agung

Menara yang menjadi ciri khas Masjid Banten terletak di sebelah timur masjid. Menara ini terbuat dari batu bata dengan ketinggian kurang lebih 24 meter, diameter bagian bawahnya kurang lebih 10 meter. Untuk mencapai ujung menara, ada 83 buah anak tangga yang harus ditapaki dan melewati lorong yang hanya dapat dilewati oleh satu orang

Pemandangan di sekitar masjid dan perairan lepas pantai dapat terlihat di atas menara, karena jarak antara menara dengan laut yang hanya sekitar 1,5 kilometer. Dahulu, selain digunakan sebagai tempat mengumandangkan adzan, menara yang juga dibuat oleh Hendick Lucasz Cardeel ini digunakan sebagai tempat menyimpan senjata.

Renovasi dan Pemugaran

Masjid berdenah empat persegi dan beratap tumpang susun lima ini sejak di bangun telah beberapa kali mengalami perubahan fisik,diantaranya;

  • Pada pemerintahan Maulana Yusuf (Tahun 1570-1580) Masjid Agung Banten diperluas dengan serambi muka dan samping. Selain perbaikan Masjid juga dibangun menara Masjid dengan bantuan Cek Ban Cut, seorang muslim berkebangsaan Mongolia.
  • Pada pemerintahan Maulana Muhammad (1580-1596); Masjid Agung Banten diperindah dengan melapisi tembok Masjid dengan porselin dan tiangnya dibuat dari kayu cendana. Dibangun juga tempat sholat khusus perempuan yang disebut pawestren atau pawadonan.
  • Masa pemerintahan Sultan Haji (1684-1687) dibangun menara baru di halaman muka Masjid dan tiamah(tempat bermusyawarah dan berdiskusi agama) di selatan serambi Masjid. Menara berbentuk mercusuar Eropa dan berdenah segi delapan. Pembangunan menara ini dbantu oleh arsitek Lucas Cardel.
  • Tahun 1945-1961. Residen Banten Th. Achmad Chatib bersama masyarakat Banten melakukan perbaikan Masjid. Dibuat atap cungkup penghubung di komplek pemakaman utara.
  • Tahun 1966-1967, Dinas Purbakala melakukan pemugaran menara.
  • Tahun 1969 Korem 064 Maulana Yusuf Serang melakukan pemugaran total fisik, kecuali model bangunan dan dinding yang masih asli karena kayu dan gentengnya pada rusak dimakan usia. Langit-langit yang tadinya dari bahan rumbia diganti dengan etemit.
  • Tahun 1970, Yayasan Qur'an memberi bantuan untuk pemugaran serambi timur.
  • Tahun 1975, pemugaran besar-besaran dan menyempurnakan pemugaran pada tahun sebelumnya. Termasuk memperluas halaman Masjid, dengan memindahkan rumahrumah penduduk yang ada disekitar halaman Masjid ke tempat yang lain.
  • Tahun 1987, merenovasi lantai terasa diganti dengan marmer di bagian dalam Masjid dan di bagian luamya dengan keramik. Lantai pemakaman utara dan cungkup makam Maman Hasanuddin yang semua tegel berwarna merah juga diganti dengan marmer.
  • Dari tahun 1987 sampai sekarang ada renovasi - renovasi kecil termasuk penambahan tempat ziarah yang tadinya terbuka sekarang tertutup dengan atap genteng. Begitu juga tempat wudhu, kamar keeil mulai dibata rapi; demi pelayanan dan fasilitas bagi para peziarah yang berasal dari berbagai daerah.

Kontributor : Saepulloh

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

News

Terkini