"Kalau harga tinggi karena permintaan naik itu untung, tapi ini rugi dan ketika sudah rugi selama ini, apa mungkin mereka harus bertahan lagi sampai dua tiga bulan ke depan? Tentu tidak," ujarnya.
Meski terdampak, ia mengaku tidak tahu alasan dibalik tingginya harga daging beberapa hari belakangan. Terlebih, stok daging sapi masih dalam jumlah normal.
Ia menduga, pemicu kenaikan daging sapi disebabkan adanya kenaikan harga daging sapi impor dari negara produsen, Australia, atau mungkin nilai produktivitas mereka berkurang.
"Bisa jadi," kata Asnawi.
Baca Juga:Airin Apresiasi Produk UMKM Tangsel Diekspor ke Papua Nugini
Hal ini karena adanya faktor faktor persaingan dengan pengimpor lain di Asia. Permintaan daging sapi dari Australia tidak hanya datang dari Indonesia saja, melainkan juga China, Vietnam hingga malaysia.
Dengan adanya mogok jualan ini, pihaknya berharap Kementerian Perdagangan untuk melakukan intervensi agar stabilisasi harga daging sapi ada di pasar.
"Kemarin saja tahu tempe bisa didengar, ya kami harapannya juga begitu, ada intervensi juga," pungkasnya.